Kalut

Abe Ruhsam
Chapter #15

Belajar dari Rumah

Sebulan telah berlalu sejak kondisi darurat nasional akibat pandemi diumumkan pemerintah. Dari hari ke hari, nampak jelas perubahan yang terjadi dan semakin dirasakan oleh sebagian besar orang. Dampak pandemi ini begitu hebat. Hampir seluruh bidang, negara, kelas ekonomi, strata sosial, usaha, dan perusahaan terkena imbasnya. Bahkan negara besar seperti Amerika Serikat pun dibuat lumpuh dan tak berdaya. Negara Uncle Sam ini mencatatkan rekor angka infeksi dan kematian tertinggi di dunia sejauh ini.

Salah satu bidang yang terdampak besar pandemi adalah pendidikan. Berbagai langkah dan cara ditempuh guna menyiasati kondisi yang tidak kondusif ini. Untuk mengatasi kendala Pembelajaran Tatap Muka atau Pendidikan Konvensional yang diterapkan selama ini, pemerintah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal juga dengan istilah Belajar Dari Rumah (BDR). Ini tentu merupakan tantangan bagi pemilik otoritas agar tetap dapat menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas meski dalam kondisi yang serba terbatas.

Berbagai masalah muncul di awal penerapan PJJ. Mulai dari guru yang kurang kompeten dalam pembelajaran daring, fasilitas gawai yang tidak memadai, kendala kuota internet, ketidaktersediaan jaringan internet dan listrik serta padat dan beratnya materi pelajaran plus tugas yang menumpuk. Akibatnya, muncul pandangan skeptis apakah PJJ mampu direalisasikan untuk menggantikan sementara waktu Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang terkendala.

Upaya nyata ditempuh pemerintah dengan memadukan PJJ daring (berbasis teknologi elektronik dan internet) dan PJJ luring (melalui buku teks, lembar kerja siswa, televisi, dan radio). Artinya jika PJJ daring terhambat, pilihan alternatifnya PJJ luring. Model pembelajaran kombinasi atau hybrid seperti ini diyakini sebagai bentuk yang ideal tidak hanya untuk saat ini tetapi juga bisa diterapkan setelah pandemi berlalu.

Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dalam pengajaran online, mengemas materi yang sistematis, menarik, dan interaktif sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Selain itu yang tak kalah penting adalah mengubah cara pandang selama ini yang menganggap bahwa belajar itu identik dengan sekolah. Tidak bersekolah berarti tidak belajar. Pandemi ini boleh jadi momen yang tepat mengubah pola pikir semacam itu.

Meski demikian, PJJ berkepanjangan memiliki dampak negatif yang mengancam peserta didik disebabkan PJJ yang tidak optimal. Diantaranya adalah putus sekolah, penurunan capaian belajar, potensi learning loss (hilangnya atau berkurangnya pengetahuan dan keterampilan secara akademis), dan peningkatan kekerasan dan stres pada anak (dampak psikologis dan psikososial).

Untuk meminimalisir dampak buruk tersebut, peran serta orangtua penting diperlukan. Orangtua diharapkan mampu menciptakan suasana yang mendukung selama proses BDR berlangsung. Juga mampu menghadirkan atmosfer rumah yang ramah bagi si anak agar betah dan tetap semangat serta tidak jenuh dan stres selama di rumah saja. Sambil mempersiapkan diri hingga PTM bergulir kembali.


Lihat selengkapnya