Tampak tiga orang bermasker sedang asyik ngobrol di lounge sebuah hotel di Jum'at sore itu ketika didatangi oleh beberapa orang pria. Suasana tenang di ruang itu mendadak berubah menjadi tegang. Beberapa tamu hotel lain terlihat mulai memperhatikan kejadian tak lazim tersebut dan ada yang spontan mendokumentasikannya.
Salah satu dari tiga orang itu beradu mulut dengan para pria yang mendatanginya. Dari rekaman video amatir yang beredar, si pria yang didatangi berkata dengan suara lantang, "Mana surat penangkapannya? Anda tidak bisa melakukan penggeledahan pada kami tanpa surat. Saya tidak bisa terima kami diperlakukan seperti ini."
Beberapa saat kemudian, ia lalu menelepon dari hp-nya. Setelah mendengarkan arahan dari orang yang diteleponnya, sikapnya tampak berubah. Ia lalu bicara kepada dua rekannya yang lain. Keduanya kemudian mengikuti apa yang disampaikan koleganya. Ketiganya lalu mengikuti para pria yang mendatangi mereka. Mereka berjalan keluar hotel menuju mobil yang sudah disiapkan.
Terlihat awak media sudah menunggu diluar hotel saat para "selebritas dadakan" itu digiring pihak berwenang. Ketiga orang yang diamankan itu bergeming saat pemburu berita melontarkan berbagai pertanyaan. Hampir seluruh stasiun tv beramai-ramai memberitakan penangkapan tersebut. Beberapa dari mereka menjadikannya sebagai breaking news. Segera berita itu menjadi trending topic baik di media elektronik maupun online.
Diambil dari CCTV hotel tempat aksi peringkusan terjadi, rekaman video berdurasi hampir dua menit itu segera berseliweran menghiasi layar tv malam itu. Ketiga orang dalam rekaman itu ditengarai sebagai seorang anggota parlemen pusat (DE), seorang aparatur sipil negara (WPI), dan seorang pengusaha (AM). Mereka diduga terlibat skandal suap untuk memuluskan jalannya tender proyek di sebuah kementerian negara.
Bak ilalang kering yang dilalap api, berita itu menyebar begitu cepat. Jam dinding di ruangan itu menunjukkan 18:40 saat Roy hendak makan malam yang sudah disiapkan sang istri sebelum ia pulang ke rumah sore itu. Saat itu Roy masih berada di rumah sakit menjalani proses recovery. Sambil menyalakan tv, ia mendadak kaget bukan kepalang saat menyaksikan berita penangkapan itu. Beberapa stasiun tv menyiarkan berita itu hampir secara bersamaan.
Seketika ia menghentikan makannya. Coba mengamati rekaman video yang ditayangkan berulang-ulang itu, ia berusaha menyangkal dugaannya. Ketiga pria yang ada di dalam rekaman itu posisinya berada agak jauh dari kamera CCTV dan memakai masker sehingga agak sulit memastikan jika salah satunya Danu. Namun di berita-berita itu jelas disebutkan inisial DE.
Merasa kurang yakin, ia langsung mengecek berita online dari hp-nya. Hasilnya tak jauh beda. Apa yang didapatnya malah semakin memperkuat dugaannya. Tak salah lagi, anggota dewan berinisial DE itu adalah Danu Erlino. Namun pengusaha yang bersamanya di hotel bukanlah pengusaha yang ditemui dan diajaknya bermain golf beberapa waktu lalu. Sementara, abdi negara yang terlibat belum diketahui di kementerian mana ia bekerja.
"Oh tidak! Itu memang Danu!" serunya kepada diri sendiri.
"Bagaimana bisa?" ujarnya masih tak percaya. Lalu buru-buru ia membantah hal itu. "Kenapa tidak bisa? Apa yang Danu lakukan sangat besar risikonya dan tak ada jaminan akan selalu berjalan baik."
Ia mulai tidak tenang dan khawatir akan dirinya. Perasaan resah dan gelisah mulai melandanya. Ketakutan terbesarnya bagaimana jika kongkalikong Danu dan dirinya terbongkar. Seribu tanya muncul dalam dirinya. "Bagaimana ini? Bagaimana nasibku? Aku begitu khawatir. Apakah aku akan mengikuti jejak Danu?"
Masih terkaget-kaget karena berita itu dan beragam gambaran buruk yang terlintas dalam benak pikirannya, Roy dikejutkan oleh suara dering hp-nya. Dari ujung telepon, terdengar suara sang istri. Roy menduga Evi juga mengetahui berita itu sehingga menghubunginya. Coba kendalikan diri, ia menerima telepon itu.
"Pa, si Danu!" katanya.