Selama hampir seminggu penantian itu, Herdi diliputi suasana harap dan cemas akan datangnya kabar dari Diki. Meski menginginkan jawaban segera, Herdi menahan diri untuk menghubungi Diki guna menanyakan hal tersebut demi menjaga harga diri dan kehormatan keduanya.
Herdi berusaha berbaik sangka. Mungkin saja Diki sedang memantapkan diri. Karena ini memang bukan keputusan yang mudah. Konsekuensi dibaliknya begitu besar. Sangat mungkin Diki akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang sebelum mengambil keputusan terakhir.
Dan akhirnya kesabaran itu membuahkan hasil. Diki menelepon Herdi dan mengatakan bersedia menerima permintaan itu. Ia juga menyatakan siap dengan segala konsekuensi yang akan ia hadapi nantinya. Ia berharap semoga rencana dan harapan yang diinginkan bersama dapat terwujud dan berjalan dengan baik.
Setelah telepon Diki itu, Herdi buru-buru menyampaikan kabar gembira itu ke Martha yang sudah berangkat ke kantor pagi itu. Herdi yang kebetulan kerja dari rumah hari itu, menginginkan Martha segera menemui Evi siang itu juga kalau bisa. Martha menyanggupi dan akan langsung menghubungi Evi. Sambil berharap semoga ia bisa bertemu Evi saat istirahat kantor siang itu.
Rencana Martha itu berjalan mulus. Kebetulan hari itu, Evi akan ke toko rotinya yang ada di mal setelah sekian lama rencana itu sempat tertunda. Setelah dikontak, Evi menyetujui pertemuan itu di gerai tokonya. Ia diberi tahu ada hal penting yang ingin disampaikan nanti saat bertemu. Ia memang menantikan tindak lanjut dari pembicaraannya dengan Martha waktu itu. Ia berharap banyak semoga ada perkembangan baru bagi penyelesaian masalah Tomi dan Erika.
Saat jam istirahat kantor tiba, Martha bergegas memacu mobilnya. Ia tahu persis mal itu karena lumayan sering mampir. Lalu lintas terbilang lancar siang itu mungkin karena pemberlakuan Work From Home. Mal itu mengingatkannya pada seseorang. Ia dan Nico pernah makan bareng di salah satu restoran di mal itu. Ia juga sudah tahu toko roti itu sejak dulu tapi tak menyangka pemiliknya adalah Evi. Dan sekarang tak disangka ia berurusan dengannya.
Martha datang dengan wajah berseri menemui Evi. Di lounge khusus untuk customer itu, Martha disambut hangat oleh Evi yang menanti sedari tadi. Seketika aroma wangi roti menyeruak melanda Martha. Menggugah dirinya untuk mencoba. Namun ia berusaha fokus kembali pada tujuannya. Tak mau berlama-lama karena ia harus kembali ke kantor, Martha langsung to the point.
Berbicara dari hati ke hati, Martha menyampaikan pendapatnya tentang kemungkinan penyelesaian masalah Tomi dan Erika. Intinya ia mengusulkan rencana pernikahan dalam waktu dekat tanpa melibatkan Tomi. Karena jelas mustahil bagi Tomi melakukan hal tersebut akibat kecelakaan motor yang dialaminya baru-baru ini.