Tibalah hari yang dinantikan itu. Sudah selayaknya sebuah pesta dirayakan dengan meriah. Namun yang terjadi sebaliknya. Tak ada keramaian. Tak ada ingar-bingar musik. Tak ada meja-meja prasmanan yang penuh makanan. Tak ada dekorasi dan pelaminan yang gemerlap. Tidak ada yang spesial. Terlihat bukan seperti sebuah hajatan pernikahan yang semestinya. Maklum semuanya terpaksa mengikuti ketentuan prokes yang diberlakukan karena pandemi.
Di pintu masuk ballroom hotel itu, para tamu disambut sebuah papan bunga tidak terlalu besar memuat nama kedua mempelai yang sedang dilangsungkan hajatannya.
Pernikahan:
Diki Rahardi
(putra Alm. Bapak Purwadi dan Ibu Sinta Kamila)
dan
Erika Nila Sari
(putri Bapak Roy Arifin dan Ibu Evi Pertiwi)
Acara pernikahan itu digelar secara tertutup dan terbatas. Menyikapi kondisi itu, suatu waktu Roy pernah berseloroh kepada istrinya, "Untung aja ada pandemi. Seolah sesuai dengan kondisi yang kita alami sekarang. Ini mungkin yang disebut hikmah dibalik musibah."
Sesaat sebelum acara dimulai, tampak Roy dan Herdi bersiap-siap untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Itu kali pertama Roy dan Herdi bertemu. Sebelumnya mereka tidak pernah saling kontak sama sekali. Keduanya selalu diwakili istri masing-masing jika ada urusan menyangkut Erika.
Bak petinju yang akan bertarung di atas ring, keduanya tampak tegang saat pertemuan di acara itu. Secara usia, keduanya tidak terpaut jauh. Roy hanya setahun di atas Herdi. Dan dari penampilan maupun pembawaan, Roy juga tampak lebih tua. Merasa lebih tergerak hatinya, Herdi mendatangi Roy dan menyapanya lebih dulu. Meski ada kesan dalam diri Herdi jika Roy terlihat enggan bertemu dengannya. Namun ia ingin mematahkan praduga itu.
"Pagi, Pak Roy," sapanya berusaha akrab.
"Pagi," jawabnya datar.
"Terima kasih sudah mau hadir," ucapnya.