Kebahagiaan keduanya semakin lengkap saat kelahiran sang anak. Keduanya sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu hari kelahiran itu tiba. Sejak sabtu dini hari, kontraksi ringan sudah mulai dirasakan Erika tapi masih bisa ia tahan. Tidak ingin mengambil risiko, paginya ia langsung dibawa Diki ke klinik yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah keluarga Erika. Kebetulan hari itu hari sabtu sehingga Diki tidak harus ambil cuti kerja dan lebih leluasa dalam menyambut lahirnya sang anak.
Sedari awal menangani kehamilan Erika, Dokter Ovilia sudah memahami keinginan Erika yang menginginkan persalinan dilakukan secara normal bukan sesar. Sesuai perhitungan dokter, Erika diminta untuk bersiap karena sudah mendekati waktu 9 bulan 10 hari. Sebelumnya dokter sudah mewanti hal tersebut saat usia kandungan Erika masuk sembilan bulan. Pagi itu Dokter Ovi berusaha melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin.
Tidak mau menunggu diluar, dengan setia Diki menemani langsung proses persalinan Erika didalam ruang persalinan. Sebuah pemandangan yang tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya tersaji di depan mata kepalanya. Tanpa terasa air matanya menetes saat menyaksikan sang istri berjibaku mempertaruhkan tidak hanya nyawanya sendiri tapi juga bayinya.
Kenyataan itu seperti mengingatkannya pada pelajaran agama sewaktu di SD dulu saat gurunya berkata "surga itu dibawah telapak kaki ibu". Ia semakin mengerti maksud dari ungkapan itu setelah ia melihat langsung persalinan istrinya sekarang. Sangat wajar jika ibu dijadikan sosok yang paling dimuliakan melebihi sosok ayah karena melalui dirinya lah kita dapat hadir di dunia ini.
Setelah dua kali diinduksi, si bayi yang ditunggu-tunggu kehadirannya akhirnya terlahir ke dunia dengan selamat pada pukul 9:15 . Dengan mengucap syukur, persalinan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Ibu dan bayi laki-laki itu dalam kondisi sehat wal afiat. Sang dokter dapat bernapas lega setelah perjuangannya hampir dua jam itu membuahkan hasil.
Dibantu perawat, dengan penuh kehati-hatian dokter meletakkan bayi yang menangis itu ke dada sang ibu untuk menyusu. Dengan bimbingan instingnya, si bayi seakan langsung tahu apa yang ia cari. Seketika raungan dan tangisannya berhenti berganti keheningan setelah memperoleh apa yang ia cari.
"Selamat ya bayinya sudah lahir. Mudah-mudahan selalu sehat dan kuat," ucap Dokter Ovilia.
"Terima kasih, Dok," jawab Diki diikuti Erika dengan penuh apresiasi. Kemudian dokter meninggalkan ruangan diikuti perawat.
"Halo, Dede," sapa Diki ke si bayi dengan gemas.
"Oh, coba lihat siapa ini? Mungil sekali si ganteng ini. Jagoan Bapak dan ... ," katanya seraya menanti jawaban dari Erika.
"Bunda," ujar Erika sambil mendekap bayi di dadanya dengan penuh kasih sayang.
"Haus dan lapar ya, De?" ungkapnya merespon si bayi yang sedang anteng menyusu ke sang ibu.
"Terima kasih, Bapak," ucap Erika sambil memegang tangan Diki.
"Sama-sama, Bun. Senang melihat persalinannya lancar dan bayinya lahir selamat dan sehat. Sekarang kita resmi jadi orangtua dari Raka," ungkap Diki.
Erika hanya tersenyum menanggapinya sembari membelai lembut punggung si bayi. Memandang Erika dan si bayi dengan penuh bahagia, Diki lalu mengabadikan momen indah itu dengan beberapa kali jepretan foto dari hp-nya.