Motor sport merah 250 cc itu melaju meliuk-liuk menyusuri barisan mobil yang padat merayap siang itu. Tampak gagah di atasnya Tomi diapit erat Erika seolah tak ingin melepas dekapannya walaupun sesaat. Bak pembalap tengah beraksi, Tomi dengan atribut lengkap seorang rider, tidak mau melewatkan sedikitpun kesempatan dimana ia dapat memacu motornya sekencang mungkin. Jiwa balapnya benar-benar tersalurkan saat sedang melaju di jalanan.
Terbukti beberapa kali traffic light yang dilewati sudah kuning bahkan hampir merah, Tomi tetap tancap gas. Bagi Erika, bermotor dengan Tomi adalah momen menyenangkan sekaligus mendebarkan. Baginya, ini merupakan uji adrenalin yang sesungguhnya. Saat dirinya merasa tegang dan takut, Tomi selalu hadir menenangkannya. Bak adegan romantis dalam film drama Korea, Tomi kerap mengatakan, "Jangan khawatir! Percaya aja sama aku."
Mengendarai motor sport adalah impian Tomi sejak lama. Hal itu akhirnya bisa terwujud saat dirinya menginjak SMA. Motor itu adalah hadiah ulang tahun ke-17 dari bundanya. Meski begitu, ayahnya tidak begitu setuju dengan hadiah itu. Menurutnya, Tomi lebih baik diberi mobil saja tapi itu pun diberikannya nanti saat Tomi kuliah. Namun bundanya ngotot pada pendiriannya.
Hampir 15 menit Tomi dan Erika melaju nonstop di jalanan sebelum akhirnya sampai di tujuan. Berdiri megah di persimpangan jalan utama, cafe dua lantai itu dikelilingi oleh rimbunnya tanaman dan pepohonan. Sesuai dengan tema yang diusungnya "back to nature", suasana asri, sejuk, dan alami begitu terasa saat baru memasuki gerbang cafe itu. Sungguh tak disangka di tengah gemerlapnya hutan beton kota, terdapat taman "surga" seperti itu.
Cafe itu menawarkan berbagai menu berbahan dasar roti. Sementara, untuk minuman andalannya adalah kopi dengan berbagai varian rasa. Karena sangat perhatian dengan masalah lingkungan, cafe itu menerapkan aturan khusus. Selama berada di dalam areanya, para pengunjung tidak dibolehkan untuk merokok. Tempat makanan dan minuman juga terbuat dari bahan yang ramah lingkungan dan degradable.
Sore itu, pengunjungnya cukup ramai dipadati oleh sebagian besar anak muda. Bagi Erika ini pertama kalinya ia datang ke cafe itu. Ia cukup surprised dengan suasananya. Merasa gentleman dan berprinsip lady's first, Tomi memberi keleluasaan Erika untuk menentukan tempat duduk. Erika memilih lantai atas dan mengambil meja yang ada di pojok dekat jendela. View-nya memang bagus. Mungkin karena itu dipilihnya.
Sambil memesan menu, mereka berdua tampak asyik ngobrol seperti dua orang teman lama yang baru bertemu kembali. Terdengar gelak tawa mereka sesekali ditengah obrolan. Tomi tampak sedang bagus mood-nya. Namun tidaklah demikian Erika. Walau terlihat tenang, batinnya berkecamuk. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak merusak suasana sore itu. Ia ingin semuanya berjalan baik dan senormal mungkin.
Pikirannya menerawang namun Erika tetap tersenyum dan sefokus mungkin saat berada bersama Tomi. Berbagai cara ia lakukan untuk menutupi perasaannya. Namun sekuat apapun usahanya, hatinya tetap tidak bisa tenang. Ia ingin Tomi tahu perasaannya tapi ia tidak tahu bagaimana cara menyatakannya.
Sampai suatu saat ketika Tomi sedang asyik bercerita, tiba-tiba saja dari mulut Erika terucap dengan suara lirih, "Tom, aku telat."
Seakan tak percaya pada apa yang baru saja ia katakan, Erika refleks menutup wajahnya sambil tertunduk malu. Air matanya tak terasa mulai menetes disertai suara isak tangis walaupun terdengar agak samar.
Suasana hening sesaat. Tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya, Tomi berusaha sebisa mungkin menyangkalnya. Ia seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi entah kenapa lidahnya terasa kaku dan tenggorokannya tercekat sehingga tak mampu bicara sepatah katapun. Badannya seakan membatu. Tatapan matanya kosong. Dadanya berdegup kencang. Napasnya tak beraturan.
Keheningan seketika pecah saat Erika bicara. "Maafkan aku, Tom," ucapnya pelan sambil menahan tangis.
"Aku tak bermaksud menyakitimu. Sudah dua bulan ini ku pendam semua tapi kini aku tak sanggup lagi," ujarnya dengan tangisnya kian menjadi.
"Aku ingin kau tahu tapi aku terlalu merisaukanmu. Aku sungguh bingung harus bagaimana," lanjutnya.