Kamar Bernapas

Imajiner
Chapter #15

Bagian 13: Memento Mori

Seperti biasa, pagi-pagi aku sudah duduk di teras depan rumah sambil melihat Mbah Sri yang sedang menyapu halaman,

Pagi ini aku hanya bersama Mbah Sri. Pakde Sardi sedang ke kota untuk mengurus dana pensiunnya, lalu Warsito yang kuliah. Om Hendra, Tante Yuni dan Akbar masih belum kembali pulang ke rumah.

Tiba-tiba ponselku berdering. Ketika kulihat, ternyata mama yang meneleponku.

"Hallooo anak mami!"

"Mamaa! Tissa kangen!" ujarku melepas kerinduan.

"Mama juga kangen. Kamu kayaknya betah ya di sana?"

"Betah gimana?"

"Ya betah, habisnya jarang nelpon mama sih."

Aku tertawa terpingkal mendengar jawaban mama. Namun berbeda dengan isi hati, gimana enggak jarang? Disini aja Tissa syok terus yang ada mam.

"Malah ketawa, gimana sehat?"

"Sehat ma, sehat. Mama gimana? Sehat juga kan?"

"Iya nak, sehat-sehat juga."

"Syukurlah ma."

Mbah Sri terlihat melihat ke arahku yang tengah saling berbincang via telepon, sesekali ia membuang mukanya ketika kami saling memandang.

"Eh, kemarin Rendy kerumah lho Tis."

"Rendy?"

"Iya Rendy, pacarmu itu."

"Ah mama, pacar apa sih? Orang belum juga.".

"Masa sih?"

"Ih mama, dia emang ngapain? Kok enggak berkabar-kabar ke aku ya?" tanyaku yang coba mengalihkan perhatian.

"Dia emang nggak ngabarin, katanya cuma mau ngobrol aja masalah kerjaan itu sama kamu. Mama bilang, Tissa pulang lusa, dia lagi di desa Eyangnya."

"Oh gitu..."

"Ciyeee ada yang kangen nih." ledek mama.

"Ih mama! Dibilangin orang dia cuma temen." jawabku sambil tertawa kecil

Entah mengapa Mbah Sri selau menatapku dengan serius. Apa dia terganggu karena perbincanganku dengan mama yang nggak jelas ini ya?

"Gimana keluarga di sana? Sehat-sehat semua kan?"

Rasanya salah jika aku menceritakan hal yang jujur kepada mama, apalagi aku sudah berjanji kepada Pakde Sardi. Akhirnya aku pun berbohong kepada mama.

"Sehat-sehat kok ma."

"Bagus-bagus.."

"Memangnya Pakde Sardi nggak ngabar-ngabar ke mama?"

"Enggaklah nak, ngapain juga. Kan mama cuma pengen ngobrol sama anaknya."

Rasa rindu benar-benar memuncak tatkala mama berkata itu, oh, I miss you mom.

***

Akhirnya aku pun menyudahi perbincangan dengan mama karena mama sudah harus siap-siap berangkat kerja. Setelah sambungan terputus, tadinya aku mau langsung masuk ke dalam rumah, namun terlihat Mbah Sri malah berjalan mendekatiku. Ada apa ya? Mana aku nggak paham Bahasa Jawa lagi..

Lihat selengkapnya