"Beli kelapa gih, mama haus."
"Entar ya ma, Tissa mager nih." jawabku sambil terus memainkan ponsel.
Sudah tiga hari lamanya aku dan mama berada di Gili Trawangan dan seperti biasa pada jam-jam segini aku dan mama selalu menyempatkan diri untuk berjemur di bawah terik sinar matahari.
"Tissa, mama hausnya sekarang." ucap mama memaksa.
"Tapi ma.."
"Sebentar aja, nanti suruh abangnya antar saja ke sini."
Mau nggak mau aku harus menerima suruhan mama. Aku pun berdiri dan mendatangi tukang es kelapa yang jaraknya agak jauh dari tempat aku dan mama berjemur.
***
Sambil berjalan ke tukang es kelapa, aku ingin memberitahu kepada kalian semua jika aku sudah tidak lagi mengalami mimpi-mimpi buruk ataupun aneh sejak berada di rumah bahkan hingga hari ini. Mungkin memang benar, kalau aku memang masih menyimpan kenangan yang terlewatkan bersama Eyang di sana.
Namun aku tidak lupa, setiap malam aku menyempatkan diri untuk berdoa kepada Tuhan agar Eyang selalu diberikan keselamatan di alam sana.
Akhirnya tiba juga aku di sebuah kedai es kelapa.
"Bang, pesan dua ya?"
"Pakai gula atau tidak mbak?" jawab si penjual es sambil membalikkan badan.
Aku kaget bukan main melihat penjual es kelapa satu ini, wajahnya mirip sekali dengan Eyang ketika muda. Mirip sekali, mungkin yang membedakan hanyalah tidak adanya tahi lalat. Selebihnya benar-benar mirip Eyang muda atau eyang yang pernah kutemui di alam mimpi.
"Mbak?? Mbak??"