Tak lelo, lelo, lelo ledung
Cep menengo anakku cah bagus
Anakku sing bagus rupane
Yen nangis ndak ilang baguse
...
Lantunan lagu Tak Lelo Lelo Ledung terdengar lirih dari mulut Mbak Fitri. Wajahnya terlihat sayu, sementara tatapan matanya kosong mengabaikan kehadiranku yang berdiri tepat di depannya.
"Mbak! ... Mbak Fitri?" sapaku sambil mengguncang-guncangkan lengannya. Namun, sentuhan tanganku seperti tak dirasakan olehnya.
"Masuk ke rumah, yuk! di luar sudah gelap." Mbak Fitri masih bergeming. Aku terpaksa memapahnya, memaksa membawanya masuk ke dalam kamarnya.
"Pergi! ... Pergi kau siluman!" teriak Mbak Fitri histeris.
"Siapa, Mbak?" tanyaku dengan lembut.
"Hua ... ha ... ha ... ha ...."
Tiba-tiba Mbak Fitri tertawa keras, suaranya menggema panjang, kediaman rumah Mbak Fitri yang tadinya terlihat tenang, berubah menjadi sangat mencekam. Aku sendiri merasakan bulu-bulu di tengkukku berdiri.
"Diam!"