"Selamat kepada Tuan Rafles telah terpilih menjadi Pimpinan Redaksi Media Millenial Indonesia."
Suara pembawa acara di balik mikrofon terdengar menggelegar. Rafles menuju pelataran panggung yang sudah dihiasi berbagai pernak-pernik pesta. Kali itu, dia akan memimpin media terbesar di Indonesia. Mulai dari sinilah misinya akan bercerita.
Panggung megah itu bergema. Sorak-sorai tamu undangan terdengar bahagia. Para pejabat dan juga politikus ikut hadir dengan undangan khusus dari Rafles. Pembawa acara mundur ke belakang, lalu mempersilahkan Rafles untuk menyampaikan beberapa kalimat sambutannya.
Mikrofon kecil di hadapannya terlihat sedikit cuek. Agaknya, dia malas melayani suara Rafles. Tapi, apa boleh buat. Kali ini Rafles harus tetap memakainya. Sunggingan manis di bibir Rafles memecahkan seisi ruangan. Dia melirik ke kiri dan ke kanan tanda penghormatan kepada tamu.
Setelan jas abu-abu dan sepatu hitam membuatnya berwibawa. Hingga dia lupa kemarin baru saja terjadi cerita hangat di rumahnya bersama anaknya. Tanpa menghiraukan siapa pun, Rafles memberikan sambutannya.
"Terima kasih kepada para tamu undangan dan juga Pimpinan Umum Media Millenial Indonesia. Semoga saya bisa mengelola media ini dengan baik dan sukses."
Sambutan Rafles dibalas dengan tepuk tangan yang meriah dari para koleganya. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyuman bibirnya. Sudah sejak tadi, dia hanya mendehem dan melanjutkan sambutannya. Satu orang yang dia pandangi dari tadi tetap membuatnya gusar.
***
"Bagaimana Pak Rafles?" tanya seorang sahabatnya, Andri.