Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #5

Cek Tak Berwujud

Suasana Indonesia saat ini sedang memanas. Bukan karena sinar matahari yang terik atau kemarau panjang yang melanda, melainkan akan ada perhelatan lima tahunan pemilihan presiden dan wakil presiden. Berselang satu tahun lagi, sebuah pesta demokrasi akan mewarnai Tanah Air.

Seorang pria berdasi merah memakai kemeja putih sudah siap untuk melakukan orasi. Sepatu pantofel hitam yang siaga menemaninya terlihat mengkilat. Sepertinya, pidato yang sudah dituliskannya sesaat lagi akan menggemparkan lapangan Tugu Monas bagian tenggara. Masa pendukung sudah ramai sekali.

Kibaran bendera partai pendukung juga sudah bersahabat dengan angin. Seminggu yang lalu massa pendukung sudah bersiap-siap. Ada yang memakai seragam bergambar pasangan calon presiden dan wakil presiden. Ada juga yang membawa atribut partai. Semua terlihat antusias.

Media-media Indonesia juga tak kalah semangat dalam meliput berita panas tentang orasi calon presiden dan wakil presiden. Berita ini akan menjadi bahan untuk dijadikan bumbu di dapur redaksi. Berbagai kejadian dan tingkah laku calon pemimpin negara juga sudah digoreng agar terlihat renyah.

"Sudah dikirim pasukanmu?"

"Mereka sudah di lokasi. Kapan cairnya?"

"Setelah ini. Kamu tak perlu takut."

Telepon itu ditutup. MMI News sudah mengirimkan wartawan beserta kameramen dengan mobil pemancar ke Tugu Monas bagian tenggara. Tugas mereka kali ini mencari informasi tentang orang yang disuruh Rafles.

Laki-laki berkulit putih dan tinggi itu sudah bersiap sejak tadi pagi. Ada beberapa catatan yang sudah siap diisi. Dia berangkat bersama temannya.

"Ger, kita ke sebelah kiri saja."

"Kenapa?"

"Di sebelah kanan ada media lain. Kita tak bisa merekam dengan keadaan seperti itu," balas Rendi.

Lihat selengkapnya