Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #8

Tanda Tangan Bos Besar

Di ruangan besar itu Rafles memutuskan hal yang sangat beresiko tinggi. Matanya menatap Bos Besar. Punggungnya masih tersandar ke sofa hitam ruangan Bos Besar. Jari-jarinya bertemu mengepal satu sama lain.

Sesekali dia memandangi Bos Besar, lalu melihat berkas tawaran kerjasama yang terletak di atas meja. Bos Besar terlihat tersenyum. Rokok mahal buatan pabriknya dihisap pelan. Asapnya mengepul membujuk Rafles. Namun, Rafles tetap diam.

Ajudan Bos Besar hanya memperhatikan saja kelakuan mereka berdua. Tak lama, Bos Besar mengibaskan tangannya ke arah asistennya pertanda dia meminta asistennya untuk keluar.

"Kau masih berpikir?"

Bos Besar meletakkan rokoknya yang sudah setengah terbakar. Dia sedikit memajukan tubuhnya ke depan Rafles. Rafles hanya memandang gerak-gerik Bos Besar. Lama dia menatap Bos Besar.

"Kalau begitu kita sudahi saja," lanjut Bos Besar sambil menutup berkas itu.

Dengan cepat Rafles menahan berkas penawaran di meja. Dia memandang tajam Bos Besar.

"Oke. Saya setuju. Hanya dengan satu syarat."

"Syarat apa?" tanya Bos Besar mengakhiri hisapan terakhirnya.

"Jamin keamanan saya setelah ini."

Rafles berkata mantap. Bos Besar terdiam sejenak sembari melihat-lihat Rafles. Dia tampak berpikir atas ucapan Rafles.

Puntung rokok itu dia tekan ke asbak kaca di depannya. Dia memutar sisa rokoknya hingga apinya mati. Asap rokok yang berterbangan menambah kalut suasana. Rafles masih menunggu jawaban Bos Besar.

"Oke. Kita sepakati!" jawab Bos Besar.

Lihat selengkapnya