Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #10

Pasien Istirahat

"Hei, kenapa?" sapa Gerry.

"Ah, iya, Kak. Maaf."

Lamunan Rara buyar setelah Gerry menepuk punggungnya. Dia masih berpikir tentang sentuhan tangannya kepada wanita di depan ruangan inap pasien wanita tadi. Rara menolehkan kepalanya ke kiri. Di sana ada Gerry yang duduk sebaris dengannya. Mereka sedang menunggu bagian humas rumah sakit.

Mata Rara masih tetap kembali ke arah asal dia berjalan tadi. Dia memandang lorong luas rumah sakit sembari mengusap-usap tangannya. Rasanya, sentuhan tadi pernah dia rasakan dulu. Nyaman. Dia tidak tahu di mana dan kapan.

Dari arah yang berlawanan datang seorang paruh baya dengan setelan dinas rumah sakit. Berjenggot hitam yang sudah mulai memutih. Dia mempercepat langkahnya menuju Gerry dan tim.

"Maaf, Mas, saya agak telat," sapanya.

"Tidak apa-apa, Pak."

"Mari, Mas."

Laki-laki itu mengajak Gerry dan timnya menuju ruangannya. Ruangan yang penuh dengan berkas-berkas pasien dan administrasi lainnya. Di sudut ruangan lain, terdapat alur dan struktur kehumasan. Memang begitu pekerjaannya.

Badri, laki-laki tua tadi meminta Gerry dan timnya untuk duduk di kursi depan mejanya. Selebihnya, di persilahkan untuk menduduki kursi lain yang kosong di dekat meja kerjanya.

Penjelasan teknis peliputan pun dimulai. Badri terlihat sedang menerangkan denah dan sistem rumah sakit. Rara yang berada di samping Gerry sibuk dengan catatan kecilnya. Sementara, Gerry terus bertanya dan berinteraksi dengan Badri.

"Sebentar, Pak, saya boleh bertanya?"

"Boleh, Mas. Silahkan."

"Adakah pasien yang boleh kami wawancarai di sini," tanya Gerry dengan sedikit memajukan kepalanya ke arah Badri.

Tubuh Badri sedikit menjauh dari Gerry. Dia memainkan matanya ke kiri dan ke kanan. Tanda dia bingung harus menjawab apa. Pesan direktur rumah sakit, tidak ada yang boleh mewawancarai pasien satu pun.

Lihat selengkapnya