Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #17

Air Mata Tanda Tanya

Suasana kantin seperti biasanya. Siang setelah jam istirahat mulai sepi. Semua karyawan di gedung itu sudah kembali memasuki ruangannya masing-masing. Tersisa beberapa pengunjung luar yang memang belum ada kerjaan setelah itu.

Di arah pintu masuk, Niko berlari cepat menuju sudut kantin. Di sana sudah menunggu Rara, Gerry, dan Andi. mereka memang sedang berdiskusi seputar kondisi rumah sakit rehab mental yang mereka datangi. Mulai dari cara Badri melayani mereka hingga reaksi Intan yang memang tidak sewajarnya begitu.

"Huh!" desah Niko.

Dia membungkukkan badannya. Mengatur napasnya yang tersengal. Ransel hitamnya sudah miring hampir terjatuh dari punggungnya. Andi cepat-cepat membukakan minuman dingin untuk Niko. Dia memegang bahu Niko dan memintanya minum.

"Ada apa?" tanya Rara penasaran.

"Itu...! Itu...! Si Indah kok mengerikan, ya?" tunjuk Niko ke arah pintu masuk kantin.

"Mengerikan gimana?"

"Sadis banget!"

Niko melepaskan ranselnya. Dia menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi kantin. Raut wajahnya penuh lelah. Bajunya basah dengan keringat. Dia juga melepaskan setelan kemeja luarnya. Tersisa hanya kaos basah tanpa motif. Sembari mengeringkan kaosnya, Niko lanjut bercerita.

***

"Kamu yakin, Ndah?" belalak Niko.

"Memangnya kenapa?"

"Ah, gila, kamu!"

Indah menuliskan berita dengan gampangnya. Sesuai arahan Rafles, semua berita tentang Sanjaya harus dipoles hingga terlihat cantik dan positif. Minimalnya, bisa membuat masyarakat percaya dan memilih dia sebagai presiden selanjutnya.

Lihat selengkapnya