Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #18

Kertas Berduri

"Selamat siang pemirsa MMI News. Bertemu lagi dengan saya Sasa Halim dalam Headline News ...," pembawa berita MMI News mulai membacakan berita tentang Sanjaya.

Suasasana ruangan redaktur menjadi gaduh dengan kenaikan berita politik itu. Indah nampaknya berhasil mengirimkan berita Sanjaya ke editor. Atas pesan kecil Indah di akhir tulisannya, editor menerima baik berita itu untuk disiarkan.

Kabar penyiaran berita Sanjaya terdengar ke telinga Rara, Andi, dan Niko. Mereka menonton berita itu tadi di televisi kantin. Banyak mata yang tertarik dengan liputan Rara. Dari segi emosi, berita itu termasuk berita yang sangat menyentuh.

Selain memperhatikan orang-orang yang ada di rumah sakit mental, Sanjaya juga menyampaikan untuk perluasan RSRM Melati. Dia akan membangun RS Disabilitas. Permainan emosi ini sukses membuat mata tertuju pada Sanjaya.

Plaak!

Niko membantingkan pulpennya ke meja kantin. Mukanya memerah. Dia sudah tak bisa menahan emosi lagi. Kali ini Indah benar-benar tidak mendengarkannya. Dia terus melakukan itu untuk kepentingan Rafles. Niko bangkit dari kursinya untuk menuju ruang magang yang ada Indah di sana.

Andi berdiri dengan cepat menahan Niko. Dia mencoba meredam amarah Niko. Namun, sia-sia. Niko mendorong Andi hingga dia terlempar ke kursinya kembali.

"Nik...! Nik...! Tunggu!" teriak Andi.

Niko berlari ke ruangan magang. Dia mendobrak ruangan itu. Lalu, berdiri di depan Indah. Dengan penuh amarah, Niko memukul meja kerja Indah dengan keras. Dia sangat emosi dan marah melihat Indah.

Selembar kertas teks coretan berita diremuk Niko dan melemparkannya ke dada Indah. Indah kaget. Dia lalu berdiri dan memandang Niko cuek. Tanpa menghiraukan Niko, Indah melangkah pergi. Namun, Niko menahannya.

"Mau kemana kamu?" sergah Niko marah.

"Apaan, sih? Lepasin nggak?" balas Indah dengan emosi.

"Mau kemana lagi kamu? Melapor?"

Lihat selengkapnya