Andi menggas mobilnya dengan kencang. Angin pagi terasa sejuk. Mentari malu-malu muncul. Sekilas menembus kaca jendela mobilnya. Dia dipinjamkan mobil oleh Gerry. RSRM Melati pagi itu terasa sepi. Para pasien baru saja selesai berolahraga. Andi memasuki gerbang rumah sakit, lalu memarkir mobilnya.
Dia masih diam di dalam mobil. Andi mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Rara. Dari jauh, ada seseorang yang mengikutinya. Laki-laki itu memang sudah ditugaskan untuk memata-matai Rara dan Andi di rumah sakit. Setelah dia berhasil merekam rencana Budi Jaya dan Andri, dia selalu melakukan tugas lanjutannya. Setiap pagi sebelum pergi ke kantor MMI, Rendi selalu izin untuk langsung menuju lapangan. Dia mulai jarang terlihat di kantor.
"Ra, aku sudah di depan. Kamu di mana?" bunyi pesan Andi.
"Aku di lobi. Masuk aja," balas Rara.
Andi mencabut kunci mobil. Lalu, membuka pintu dan menghempaskannya agar tertutup kuat. Andi mengunci kembali semua pintu mobilnya. Dia melangkah menuju lobi. Daun-daun pohon pinus yang runcing-runcing berterbangan seketika Andi menerobos mereka. Andi terus berjalan dengan cepat.
Dari atap rumah sakit, di sebuah tempat terbuka paling atas, Rendi mengambil foto Andi dan Rara. Dia langsung mengirimkannya ke Rafles. Rafles kaget. Kali ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, dia tidak sedang di kantor. Dia sedang bersama Budi Jaya untuk membahas perihal beasiswa Indah dan kelanjutan penyiaran berita tentang acara peresmian RS Disabilitas Melati yang menggunakan kontraktor Budi Jaya.
"Kamu ikuti mereka. Apa yang mereka cari," balas Rafles.
"Tak usah sibuk sekali. Fokus saja ke sini dulu," sela Budi Jaya kepada Rafles.
"Ah, tidak! Ada pesan dari wartawan saya untuk minta kembali ke kantor. Kami sudah mengatur rapat siang ini."
Dengan cepat, Andi menarik tangan Rara ke sebuah ruangan pasien yang kosong. Dia mengarahkan Rara. Sejak di parkiran, Andi sudah mengetahui bahwa dia sedang diikuti. Namun, dia tidak tahu itu siapa. Andi hanya melihatnya dari kaca spion mobilnya. Ada seseorang dengan topi hitam di atas atap rumah sakit.
Rara mengernyitkan keningnya. Dia memandang Andi. Lalu, berdiskusi untuk mengelabui pengintai itu. Rara keluar dari persembunyian itu dengan santai. Dia seolah-olah menuju lift. Lalu, berbelok menuju tangga darurat. Begitu pula dengan Andi yang sudah duluan memasuki lift di bagian belakang rumah sakit. Mereka akan menyergap Rendi.
Notifikasi whatsapp Andi terbaca di layar android Rara. Rara membalasnya dengan emoticon jempol. Perkiraan mereka, Rendi akan turun kerika mereka akan memasuki lobi. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk menuruni tangga darurat buat Rendi. Dia tidak mungkin menggunakan lift sebab akan mudah dicurigai nanti. Jadi, solusi amannya ada di tangga darurat.
Kali ini, Rara dan Andi hanya butuh klarifikasi saja. Mereka harus tahu wajah pengintai itu. Apakah benar Rendi atau siapa. Rara bersembunyi di balik pintu masuk tangga darurat itu. Dia menunggu Rendi untuk masuk. Namun, tidak juga muncul.