Kami (bukan) Tinta Berdasi

Martha Z. ElKutuby
Chapter #25

Ingatan Pesawat Garuda

Kicauan burung melintas langit sore di atap RSRM Melatih. Beberapa penjaga kebersihan rumah sakit bercengkrama dengan daun-daun pinus yang berjatuhan. Tetap saja cuaca di sana sejuk, biar pun matahari sudah bersinar dengan benderangnya. Seorang laki-laki penjaga rumah sakit itu memandang ke arah gerbang RSRM Melati.

Sebuah mobil Brio menggeliat memasang rem pada bannya. Jejak hitam di batako halaman parkir rumah sakit terukir hitam. Rara dan Gerry turun dari mobil lalu menguncinya. Mereka berjalan menuju lobi rumah sakit.

Mata laki-laki penjaga rumah sakit itu menoleh kepada mereka hingga mereka hilang ditelan pintu menuju lobi. Aktivitas menyapunya terhenti. Dia terlihat menerka-nerka. Namun, ingatannya tidak begitu pulih sejak pascatrauma kebakaran pabrik Budi Jaya.

Bunyi sneaker Rara dan Gerry bersahutan satu sama lainnya. Mereka bergegas menuju Gedung B bagian perawatan wanita. Hari itu, pakaian mereka bebas untuk melakukan kegiatan kantor. Rara dan Gerry sengaja mencopot ID Pers dan identitasnya di MMI News. Mereka datang hanya sebagai pengunjung biasa.

Gerry dan Rara berjalan cepat. Mereka tidak akan bertanya lagi kepada bagian informasi. Sudah tentu, tujuan mereka tidak akan disetujui pihak informasi. Sesampai di Gedung B, Rara dan Gerry menuju kamar Intan yang bernama asli Sania. Dengan menenteng kotak cokelat yang didapatkannya dari kamar Bik Inah. Rara berjalan pelan menghadap pintu kamar Intan.

Dari dalam kamar terlihat Perawat Nia yang sedang menyerahkan penjagaannya kepada Perawat Wulan. Mereka berbagi shift. Sudah mulai menuju senja. Shift malam akan segera dimulai. Melihat Perawat Nia hendak keluar, Gerry dan Rara dengan cepat bersembunyi di toilet. Mereka mengintip Perawat Nia agar tidak ketahuan.

Perawat Wulan tidak mengetahui kalau Gerry dan Rara pernah mewawancarai Intan sebelumnya. Secara tidak langsung, Perawat Wulan baru kali ini bertemu dengan mereka. Setelah Perawat Nia mulai menjauh, Gerry danRara menyusup masuk ke kamar Intan.

Gerry menyergap Perawat Wulan dan mengancamnya. Perawat Wulan mulai gemetar. Matanya melotot melihat Gerry tiba-tiba masuk. Dari belakang, Rara mengikatkan saputangan ke mulut Perawat Wulan.

Keringat dingin Perawat Wulan mulai berkucuran. Dia menggeliat mencoba melepaskan ikatan tangan dan mulutnya. Namun, tetap saja tidak berhasil. Dari balik jendela kecil di pintu masuk, laki-laki penjaga kebersihan tadi mengintip Gerry dan Rara. Dia kaget melihat Gerry dan Rara bisa masuk ke kamar Intan.

Rara mendekati Intan dengan pelan. Dia memandang ibunya dengan wajah sendu. Sudah lama sekali sejak dia terpisah dengan ibunya. Kali ini, dia merasa sangat ingin memeluknya. Tangan Rara terulur ke arah tangan Intan. Dia mengelus punggung tangan Intan. Intan sedang terbaring di bangsal karena sudah tiga hari demam. Penyakitnya kambuh setelah kunjungan terakhir Rara, Gerry, dan Rendi.

Laki-laki penjaga kebersihan itu masih berdiri di depan pintu. Dia memperhatikan dengan seksama semua yang dilakukan Gerry dan Rara. Perasaan ragu meliputi wajahnya. Sudah lama dia membantu Rafles sejak kejadian yang dialami Toni. Hanya dia satu-satunya saksi kasus Toni yang sengaja dihilangkan Rafles. Dia dipaksa bersaksi palsu di hadapan hakim persidangan kasus kebakaran pabrik Budi Jaya.

Kleek!

Lihat selengkapnya