Rara membuka kotak cokelat yang dia bawa di hadapan Intan. Ada beberapa lembar foto Intan masih muda. Juga nama Intan yang asli. Rara memberikan foto itu ke tangan Intan. Dia meminta Intan untuk mengingat apa saja yang ada di dalam foto itu.
Seorang anak kecil manis juga ada bersama Intan kala itu. Itulah Rara yang belum mengerti apa pun. Kesibukan Intan mendampingi Rafles membuatnya tidak memberikan kasih sayang yang tulus kepada Rara kecil. Intan mulai menangis. Dia memandang Rara sembari membandingkan foto itu dengan wajah Rara.
Semakin lama, Intan semakin terisak. Dia menurunkan pelan-pelan foto itu. Meraih telapak tangan Rara. Memegang dengan erat dan lembut. Intan menjatuhkan Rara dalam pelukannya. Pelukan mesra ibu dan anak yang sudah bertahun-tahun terpisah.
"Maafkan Ibu, Nak!" kata Intan.
"Aku paham, Bu. Ibu tidak salah. Maafkan aku telat menemui Ibu," isak Rara di pangkuan Ibunya.
"Hati-hati dengan ayahmu. Dia punya rencana akan membangun rumah sakit disabilitas sebagai proyek Sanjaya. Dia memanfaatkan Andri atas suruhan Budi Jaya," jelas Intan.
Dari belakang Rara, Gerry kaget. Dia tak pernah menyangka Rafles akan seperti itu. Dari hasil negosiasi Rafles dengan Sanjaya dan Budi Jaya, dia akan mendapatkan bagian dari setiap keuntungan pembangunan rumah sakit itu. Mereka sudah mengatur semuanya sejak awal. Intan mengangguk-angguk mendengar hasil analisa Gerry.
"Ra, kita harus ke kantor polisi. Aku akan datang sebagai pihak keluarga korban untuk meminta dibukanya kembali kasus ayahku yang menggantung," ujar Gerry.
Gerry menghampiri Ahmad kembali. Dia sangat memohon kepada Ahmad untuk membantunya. Hanya Ahmad yang satu-satunya selamat dari pabrik itu. Dia langsung dinonaktifkan dari pabrik sebagai tim produksi. Ahmad dikirim Rafles ke RSRM Melati untuk menjada Intan juga untuk tutup mulut dengan jaminan keluarga Ahmad akan dibiayai total oleh Rafles. Kali ini, Ahmad sudah gerah melihat perlakuan Andri kepada Intan. Dia berniat akan membongkar semuanya.
"Saya merasa sangat kesal ketika Andri selalu memberikan obat penenang kepada Bu Intan. Saya sering lewat di depan pintu kamar Bu Intan. Secepatnya saja, Bu Intan dipindahkan ke rumah sakit lain," tukas Ahmad.
Pertemuan Rara dengan ibunya telah selesai. Dia memberikan isyarat kepda Gerry untuk segera meninggalkan ruangan. Langit sudah semakin gelap. Gerry melepaskan ikatan Perawat Wulan. Dia berjanji akan menjaga privasi semuanya.
"Bu Wulan hanya perlu diam. Anggap kami tak pernah datang ke sini," jelas Gerry.
Perawat Wulan mengangguk. Ahmad juga sudah berjanji untuk menjada Perawat Wulan dan Intan. Dia akan berpura-pura tidak tahu tentang apa yang terjadi saat itu.