Detektif Roy mengeluarkan semja berkas-berkas terkait kasus Toni beberapa tahun lalu. Dia memang sengaja menyimpannha di tempat khusus. Sesuai pesanan Budi Jaya, dia menyegel semua berkas yang ada di ruang penyimpanan berkas penyelidikan itu.
Bukan main rapinya, Budi Jaya menyiapkan sejumlah uanh untuk memperbaiki gedung polisi yang rusak akibat kebakaran listrik arus pendek. Sebagai gantinya, kepala polisi menutup kasus-kasus yang berhubungan dengan Budi Jaya. Semuanya serasa aman terkendali.
Buuk!
Debu-debu halus berterbangan di hadapan Gerry dan Rara. Detektif Roy menghela napasnya. Dia menepis keringat yang mengucur di dahinya. Deru napasnya berbunyi tersengal. Detektif Roy menghempaskan badannya di kursi. Ads tiga dus berukuran seratus kali seratus senti.
"Ini. Kamu yakin akan mengulang lagi kasus ini?" tanya Detektif Roy.
"Selagi kebenaran belum terungkap, aku akan bongkar lagi, Pak," tukas Gerry.
"Oke! Apa bukti yang kamu punya?"
"Ini!"
Rara menyodorkan perekam mini yang berisi suara Ahmad yang bersaksi atas kebakaran pabrik Budi Jaya. Rara saling pandang dengan Detektif Roy. Detektif Roy terdiam ketika mengambil perekam itu dari Rara.
"Hubungi pengacara ayahmu dulu. Namanya Boni Sitorus. Dia berkantor di alamat ini," Rafles menunjukkan alamat kantor Boni Sitorus di depan berkas-berkas kasus Toni.
Gerry mengangguk. Dia menyalin nomor pengacara yang ada di berkas sekaligus alamatnya. Semua bukti sudah dia berikan kepada Detektif Roy. Saat ini, dia hanya bersiap untuk memulai persidangan ayahnya kembali.
Dengan semangat, Gerry berdiri. Diikuti Rara yang ada di sampingnya. Mereka berpamitan dulu kepada Detektif Roy. Hal yang pertama kali yang akan dia lakukan adalah menghubungi pengacara ayahnya dulu. Gerry dan Rara berjalan menuju pintu keluar kantor polisi.
"Ra!"
"Hmmm ...!"
"Kamu nggak apa-apa?"