Rafles memandang Rara dengan mata penyesalan. Rambutnya kusut dan acak-acakan. Keringat sudah membasahi jasnya. Basah menembus sela-sela pakaian mahal itu. Rafles menundukkan wajahnya setelah melihat Rara.
Langkah gontai Rara menaiki mobil Gerry. Dia menutup keras pintu mobil. Semakin ditahan, hatinya semakin sakit. Jiwanya hancur. Sesak memenuhi rongga dadanya. Rara memegang erat pahanya. Dia menahan emosi yang tak bisa dia tumpahkan kepada Rafles.
Setetes demi setetes, air matanya jatuh. Tangisnya pecah. Semuanya sudah tak ada lagi yang bisa dia percaya. Dia berteriak sendirian. Dari luar, Gerry terkejut. Dia berlari menuju Rara.
"Ra, kamu ...," Gerry tercekat.
Dia tak bisa melanjutkan pertanyaannya. Air mata Rara terus saja mengalir. Gerry kebingungan. Akhirnya, dia membiarkan Rara sendirian di atas mobil.
***
Buuk!
Rendi mencoba kabur dari dari kejaran polisi. Dia terjatuh tersandung pembatas jalan. Pikirannya sudah kacau. Dia mencoba berdiri lagi. Namun, lututnya terluka dan kesakitan. Sebisa mungkin Rendi berlari menjauh dari polisi.
Tetap saja dia melemah. Tulang pergelangan kakinya sudah bengkak dan memar. Dia terjatuh lagi. Beberapa polisi memborgolnya. Usaha Rendi gagal. dia memandang polisi tersebut. Masih saja melawan, Rendi dengan keras menolak borgol itu. Namun, polisi tetap menahannya.