Di sebuah sudut ruangan perpustakaan kantor yang hening dan sunyi, Arief duduk dengan tenang di depan meja. Di sampingnya tergeletak beberapa buku tentang psikologi, agama, dan catatan-catatan penting lainnya. Sesekali, tangannya mencatat hal-hal penting yang ia temukan dari apa yang dibacanya.
Sinar matahari pagi yang lembut menyusup melalui jendela, menghangatkan ruangan dengan tenang. Di wajah Arief terpancar semangat, sebuah hasrat pencarian makna yang tersembunyi di antara baris-baris teks dalam buku-bukunya. Wajahnya tampak serius, penuh konsentrasi, menyalin setiap gagasan yang ia anggap penting.
Jam di dinding menunjukkan pukul 08.00 WIB. Pagi masih lini. Deretan buku tersusun rapi di rak-rak tinggi, menciptakan suasana yang mendalam dan reflektif. Tak lama kemudian, Arief menyelipkan selembar kertas bekas di halaman terakhir buku yang sedang ia baca, menandai bagian yang belum sempat ia selesaikan. Dengan perlahan, ia menutup buku tersebut dan meletakkannya kembali ke tempat semula.
Arief dengan postur ideal, kulihat nya putih, terbilang mirip dengan artis Tengku Wisnu, dengan menekuni psikologi. Pendekatan rasional dan ilmiah, namun di balik itu, ia juga mendalami pada spiritualitas, terutama pada penyembuhan jiwa melalui keyakinan. Ia berhasil membangun rumah rehabilitasi, menangani pasien dengan permasalahan psikologis dan ketergantungan. Namun, dalam keheningan seperti pagi itu, justru ia sering menemukan jawaban atas kebingungannya sendiri, jawaban yang tak selalu hadir di ruang praktik.
Dalam setiap buku yang ia baca, Arief mencari cara-cara baru untuk menyembuhkan luka batin. Ia percaya bahwa penyembuhan tidak cukup hanya mengandalkan ilmu dan metode terapi konvensional, namun, butuh petualangan baru, juga membutuhkan pemahaman, empati, dan pendekatan yang menyentuh sisi ter-dalam manusia.
"Sudah saatnya aku mencoba sesuatu yang berbeda," pikirnya. "Ya, jiwa mereka kosong. Kamu harus yakin ... Dengan cara ini, pasti kamu bisa. Desa itu!. perlu sebuah harapan, semua akan terungkap dengan cara yang kau mainkan, keyakinan, spiritual dan petualangan. Kau bungkus menjadi satu," ucap Arief dalam hati, sambil tersenyum. Keyakinan yang mengalir dalam dirinya, sebuah panggilan untuk bertindak.
Arief merasa metode konvensional ia gunakan, tak lagi memadai untuk menangani permasalahan ketergantungan narkoba, yang kerap dihadapi kepada para pasien-nya, meski-pun menjalani terapi dan pengobatan, sering kali tidak menunjukkan perubahan signifikan. Ia merasa ada yang kurang sesuatu yang lebih dalam, daripada sekadar obat atau latihan mental. Mungkin, jawabannya terletak dalam sebuah perjalanan batin yang lebih besar.
Namun, rencana besar itu tentu tidak akan mudah. Arief tahu, mengajak orang-orang yang telah lama terjebak dalam kecanduan, untuk menerima pendekatan baru bukanlah perkara sederhana apalagi jika pendekatan itu jauh dari cara-cara yang biasa mereka kenal. Meski begitu, ia merasa waktunya telah tiba. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk melangkah. Sebuah keyakinan bahwa penyembuhan sejati tidak hanya datang dari ilmu, tetapi juga dari harapan, iman, dan keberanian untuk mencoba jalani yang belum pernah dilalui.