Kami Rindu Muhammad

Harredeep
Chapter #9

#9 Kepolosan yang Mengusik

Bertemu Para Gadis

Matahari Keadaan terik, menandakan waktu sudah beranjak ke tengah hari. Suasana sekitar sungai sudah lengang, hanya terdengar gemericik air yang tak pernah berhenti, menjadi bagian alam yang selalu hadir. Beberapa petani tampak beristirahat di saung kecilnya. menikmati teduhnya lelah setelah bekerja.

Di jalur setapak yang menghubungkan dari sungai ke pemukiman, Paul, Ical, dan Baon melangkah pelan. Mereka menaiki jalur berbatu dan bergunduk tanah dengan hati-hati, menjaga keseimbangan dalam langkahnya. Setelah berendam dan menikmati "sauna" alami dari aliran sungai. Wajah mereka tampak segar dan puas, semangat terpancar dari setiap langkah.

Ical, yang memang hobi merekam video, tak henti-hentinya mengarahkan kameranya ke pemandangan sekitar. Sesekali ia berbicara ke arah kamera, layaknya seorang jurnalis dokumenter, tengah melaporkan langsung dari alam bebas. Ia tampak sangat menikmati momen itu, sesekali menggoda Rudi Baon yang berjalan di sampingnya sambil membawa ember kecil dan handuk tergantung di pundaknya.

“Bang Baon, gaya dong, untuk vlog nih!” canda Ical sambil tertawa.

Namun Baon tetap bersikap cuek. Ia bahkan sempat menegur Ical, meminta agar wajahnya tidak direkam. Wajah yang datar, berbeda dengan Ical penuh semangat yang meluap-luap.

Dari arah berlawanan, terlihat tiga perempuan muda dan dua ibu-ibu berjalan naik dari sungai. Sambil membawa pakaian yang sudah di cuci, mengenakan kaos dan kain sederhana khas gadis desa. Tawa mereka renyah, riuh kecil, membawa nuansa damai seolah mereka baru saja menemukan permata di dasar sungai. Dua dari mereka tampak lebih tua, mungkin ibu-ibu seperti biasa mencuci kegiatan harinya.

Saat kedua rombongan berpapasan, senyum-senyum kecil saling dilemparkan. Suasana canggung namun hangat terasa. Para lelaki,—bujangan dan pernah lama hidup dalam ruang penjara, tampak sumringah melihat sosok-sosok perempuan yang menyejukkan pandangan.

Ical, tentu saja, tak melewatkan momen ini. 

“Aduh, ada eneng-eneng nih... habis nyuci ya, Neng?” tegur Ical sambil mengarahkan kameranya ke arah para gadis, membuat mereka sedikit kikuk namun tersipu.

“Bang Rudi, senyum dong! Ayo kenalan, siapa tahu jodoh!” serunya, menggoda matanya melirik salah satu wanita didepannya.

Namun Rudi hanya menanggapi dengan wajah datar, acuh tak acuh. Mungkin karena usianya yang tak lagi muda, seakan ia masih merasa sebagai "napi" yang hanya numpang lewat di dunia luar, berlibur hanya sementara.

Berbeda dengan Paul yang justru langsung menunjukkan sisi ramah dan penuh percaya diri.

“Kenalan, Neng. Nama Abang Paul.” ucapnya dengan ganya anak betawi “Saya orang baik, loh. Mau dibantuin nggak bawa embernya?”

sambil tersenyum, disambut gelak tawa kecil dari rombongan perempuan.

“Aduh, jangan dikamerain dong, habis mandi ini…”

ucap gadis malu-malu, sembari menutupi wajah dan mendorong temannya,menjauh dari sorotan kamera.

Lihat selengkapnya