Kami Rindu Muhammad

Harredeep
Chapter #21

#21. Bangkitkan Usaha Kecil Bersama

Di sebuah halaman teduh di bawah pohon rindang, suasana sore di desa itu tampak hidup. Sekelompok warga berkumpul—ibu-ibu, bapak-bapak, dan beberapa anak muda yang penasaran meski belum semuanya menunjukkan ketertarikan. Mereka duduk melingkar, memperhatikan Bayu dan Toni yang berdiri di depan, memegang secarik kertas berisi catatan tangannya.

Bayu mulai menjelaskan gagasannya dengan suara jelas namun bersahaja. Ia berbicara tentang peluang membentuk sebuah usaha kecil menengah (UKM) berbasis potensi desa.

"Kita punya banyak produk rumahan yang bisa dikembangkan," ucapnya sambil menyebut satu per satu contoh: keripik singkong pedas, lempeye kacang, kue lebaran, hingga aneka roti buatan tangan ibu-ibu setempat. "Dengan sedikit sentuhan kemasan dan identitas merek yang menarik, kita bisa menjual produk-produk ini lebih luas."

Warga mulai saling berpandangan, sebagian mengangguk pelan. Bayu melanjutkan, menjelaskan sistem penjualan yang bisa dimulai dari komunitas yang sudah ada—pengajian, arisan RT, atau kumpulan ibu-ibu PKK. Ia juga menyarankan memanfaatkan pasar tradisional dan media sosial sebagai saluran distribusi.

Toni pun ikut melanjutkan seakan semangat dalam dirinya untuk membakar nasib masyarakat desa, dengan potensi desa yang kaya namun, redup dalam tekanan.

Sambil berjalan di hadapan para ibu-ibu, sorot matanya penuh keyakinan. Ia menatap satu per satu wajah lelah namun tetap bersinar harapan. Suaranya tenang, namun penuh semangat yang menggetarkan.

“Kita harus membangun harapan, agar terbuka jalan menuju perubahan. Bukan sekadar berjualan, tapi menciptakan terobosan. Sesuatu yang bisa tumbuh besar dari gerakan kecil kita ini. Aku percaya, semua yang hadir di sini punya potensi menciptakan kebersamaan yang menjadi kekuatan."

Ia diam sejenak, lalu melanjutkan dengan penuh makna, “Bagaimana kita bisa menciptakan hal luar biasa jika cara berpikir kita masih biasa-biasa saja? Aku ingin membacakan satu kutipan:

‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.’ (QS. Ar-Ra’d: 11)

Suasana menjadi hening. Warga yang hadir mulai merenung. Selama ini mereka hanya berharap tanpa bertindak. Dan kini mereka sadar—harapan tanpa tindakan hanyalah angan-angan. Mereka saling menatap. Wajah-wajah letih kini memancarkan tekad baru. Ini bukan lagi tentang menyalahkan dunia yang tak adil, tapi tentang keberanian untuk bangkit.

Toni melangkah kembali ke depan. Suaranya kembali terdengar, tenang dan bersahaja.

“Tujuan kita bukan sekadar menjual. Tapi membentuk koperasi. Agar uang yang berputar di desa bisa kembali ke warga—membantu usaha kecil, membiayai sekolah anak-anak, atau memenuhi kebutuhan mendesak lainnya. Bahkan, siapa tahu, kita bisa menarik investor, atau mendapat dukungan CSR dari perusahaan."

Lihat selengkapnya