Kami Rindu Muhammad

Harredeep
Chapter #35

#35. Sabotase di Tengah Kabut

Langit siang terlihat gelap, mendung menggantung berat, diselimuti kabut tipis yang menyelimuti hamparan sawah dan area kafe. Sesekali, kilatan petir membelah langit, diiringi gemuruh yang menggema di kejauhan. Rintik hujan turun perlahan, lalu berhenti, lalu turun lagi—seolah ragu.

Kabut mulai menutup arena gazebo di tepi sungai. Toni berjalan pelan menyusuri jalan setapak menuju gazebo, hendak memeriksa sumber listrik yang tiba-tiba padam. Di sisi lain, Andre dan Rudi berdiri di tepi sawah, memandangi kincir air yang biasanya berputar deras—kini diam membisu.

Suara gemericik air yang biasa mengalir deras terdengar lirih, hampir tak terdengar. Keheningan yang janggal menyelimuti mereka.

Andre, mengenakan caping anyaman bambu, menggeleng pelan. “Aneh sekali... biasanya jam segini kincir sudah berputar cepat. Listrik dari sini yang bantu pompa air ke sawah-sawah itu.” ucapnya, sambil mata nya meliat air yang tenang, “mungkin karena airnya sedikit surut, jadi dorongannya kurang”

Rudi tanpa berkata-kata segera menuruni tepian sungai. Ia memeriksa bagian bawah kincir, menyentuh gigi-gigi besi dan struktur penyangga. “Semuanya utuh. Nggak ada yang macet. Ini bukan masalah mesin,” gumamnya sambil menatap Andre.

Sementara itu, Paul dan Ical—bertugas mengawasi jalur irigasi—menyusuri aliran air menuju hulu. Mata Paul menyipit menembus kabut dan gerimis. Tiba-tiba ia berhenti, lalu berbalik dan berlari kembali.

"Woow! Kalian harus lihat ini!" teriaknya terengah-engah. "Ada yang coba membelokkan  di hulu sungai, airnya dipendung pakai karung-karung pasir!" suaranya bersaing dengan rintik hujan yang mulai menderas.

Andre terkejut, matanya membelalak. "Dipendung? Siapa yang tega melakukan itu?"

Ical mengangguk cepat, napasnya masih memburu setelah menyusuri bantaran sungai. "Aku lihat ada jejak kaki juga," katanya, suaranya serak tertahan emosi. "Ini bukan kebetulan. Karung-karung itu ditumpuk dengan sengaja. Aliran air jadi berbelok, dan tidak masuk ke jalur kincir."

Andre dan Rudi saling berpandangan sejenak, ekspresi mereka berubah dari bingung menjadi waspada. Tanpa perlu berkata apa pun, mereka langsung bergerak. Keduanya bergegas menyusuri tepian sungai, mengikuti arah yang ditunjukkan Ical. Bebatuan di aliran air tak menghalangi langkah mereka—bahkan mempercepatnya, seolah dorongan rasa penasaran dan marah memberi tenaga lebih.

Air sungai menciprat ke celana mereka, dingin dan keruh, namun tak ada yang peduli. Wajah Andre tampak menegang, sementara Rudi terus menoleh ke kiri dan kanan, waspada terhadap kemungkinan kejahatan lain berada di sekitar lokasi.

Setibanya di tempat yang dimaksud, ketiganya berdiri mematung sejenak. Tumpukan karung-karung goni yang menghalangi aliran air tampak jelas, seolah sudah ada di sana semalam. Namun yang paling mencolok adalah jejak kaki yang tertinggal di lumpur—masih segar.

"Ada yang sengaja sabotase," gumam Andre pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Ical mengepalkan tangan, matanya menatap tajam ke arah hutan kecil di seberang aliran sungai.

Siapa pun yang melakukan ini… mereka pasti punya alasan. Tapi satu hal yang pasti—mereka harus segera mencari tahu, sebelum segalanya terlambat.

Rudi berdiri tegak, wajahnya mengeras. "Kalau begitu... ini sabotase. Ada yang nggak mau kincir ini berfungsi." Mereka saling berpandangan. Hening menyelimuti, hanya angin yang menyapu batang-batang padi terdengar samar.

Andre mengepalkan tangan. “Pelakunya pasti mereka. Ini bukan sekadar soal kincir... ini soal hidup para petani.” Langit kian gelap. Hujan turun deras, menghantam bumi tanpa ampun. Petir menyambar sesekali, membelah cakrawala. Kabut mulai menebal, menyelimuti seluruh lembah dan sawah yang terbentang.

Dengan tubuh kuyup dan napas tersengal, Andre menunduk, menggenggam salah satu karung pasir. Rudi, bertubuh besar, bergabung. Bersama mereka mengangkat karung-karung itu, melawan arus air yang menghantam kaki dan pinggang mereka. Langkah demi langkah terasa seperti menghadang amukan sungai.

Lihat selengkapnya