Malam semakin mencekam, Suara mobil mulai terdengar dari kejauhan. Andre tak menunggu lebih lama—ia segera menancap gas. Di kursi belakang, Paul dan Ical memperhatikan situasi dengan tegang, mata mereka awas menembus kegelapan malam yang hanya diterangi sorotan lampu depan mobil.
“Itu mereka,” ucap Andre sambil menunjuk ke arah jembatan, di mana sebuah mobil tampak melintas dengan cepat. Tanpa ragu, Andre menginjak gas lebih dalam. Mobil mereka melesat, mendekati mobil yang mereka incar—mobil yang dikendarai Bankum.
Detik demi detik, dua mobil saling mendekat. Arah mobil andre dari sisi samping, dengan percaya diri Andre semakin kencang mengemudikan-nya melaju ke arah mobil Bankum, suara teriakan Bankum “AWASS” terdengar keras, suara mobil beradu sangat keras. “BRUKK.”
Andre sengaja menabrakkan bagian belakang mobilnya ke mobil Bankum. Tabrakan itu membuat mobil Bankum kehilangan kendali dan menabrak pohon di pinggir jalan. Benturan keras membuat sopirnya terpental, dan Icha yang berada di dalam tampak tak sadarkan diri.
Bankum dan dua bodyguard-nya keluar dari mobil dengan langkah gontai, jelas terguncang oleh benturan. Sementara itu, mobil Andre sendiri hampir tergelincir ke tepi sungai. Dengan susah payah, Andre, Paul, dan Ical berhasil keluar.
Mereka bergegas menuju mobil Bankum. Saat sampai, Paul langsung memeriksa Icha yang masih tak sadarkan diri di dalam. Wajahnya tegang.
“Paul, kita kejar si bangsat itu! Ical, tolong jaga Icha. Tunggu warga datang!” perintah Andre cepat. Tak lama kemudian, warga mulai berdatangan. Di antara mereka, Ipang juga muncul dengan wajah cemas.
Di tengah lorong kebun yang disinari cahaya bulan, Bankum terlihat pucat dan ketakutan. Suara langkah warga, yang mencarinya semakin dekat.