Jam kerja hampir selesai, Arsya sedang sibuk membereskan meja. Lidya datang menghampirinya.
“Arsya.”
Arsya berhenti sibuk dan menoleh Lidya.
“Bu Lidya.”
“Kita pulang bareng, ya? Pak Romi tidak enak badan, jadi saya ke sini nyetir sendiri.”
“Oh, baik, Bu.”
Lidya membantu Arsya merapikan meja, Arsya melarangnya, tetapi Lidya tetap melakukannya. Mereka kemudian berjalan keluar kantor, Lidya memberikan kunci mobil, dan mereka berjalan menuju ke tempat parkir. Arsya membukakan pintu belakang.
“Saya mau duduk di depan saja,” kata Lidya, lalu membuka pintu mobil.
“Oh, iya, Bu.”
“Kita ke coffie shop. Kalau kamu tidak ada acara?”
“Tidak ada, Bu.”
Lidya dan Arsya sampai di coffie shop, duduk berhadapan. Mereka memesan kopi dan mengobrol bersama.
“Sudah lama saya tidak ngopi kayak gini, anak-anak sibuk dengan dunia mereka sendiri, capek,” ungkap Lidya. Wanita itu memutarkan leher dengan pelan.
Pelayan datang, menyodorkan kopi ke Arsya dan Lidya. Tak tahu harus merepons apa, Arsya hanya tersenyum mendengar keluhan Lidya.
“Saya belum memercayai orang, makanya saya melakukan pekerjaan itu sendiri. Kevin, boro-boro, apalagi dia sekarang katanya salon mobilnya lagi ramai tiap hari.” Lidya menuangkan gula ke dalam cangkir dan mengaduk-aduk.
“Mungkin Clara, nanti kalau sudah siap, Bu,” kata Arsya.
“Ya, mudah-mudahan saja.”