Kami Yang Berdosa

Sadkitty
Chapter #8

8. Sabar Menghadapi Clara

Arsya sudah berpakain rapi, siap berangkat ke kampus, ia melihat foto ibunda dan tersenyum. Laki-laki itu keluar kamar dan berjalan hendak turun ke bawah. Clara yang juga keluar dari kamar, melihatnya dan memberhentikan cowok yang sudah punya kamar baru. Mereka berhadapan, cewek itu mengendus, kesal dan mulai membentaknya.

“He, lo tidur di kamar baru. Gue udah bilang berkali-kali kalo lo tetep tidur di kamar pembantu! Lo nggak pantes tidur di kamar sekelas kami! Ngerti lo, makin ngelunjak aja sih lo!”

“Bu Lidya yang nyuruh,” jawab Arsya dengan santai.

“Ya lo nolak, lah!”

“Bu Lidya tetap maksa.”

“Eh lo tetep aja maksa ya!” Clara mendekat, mengerutkan dahi dan bibir.

Lidya datang menghampiri. “Ada apa sih, Clara, pagi-pagi sudah teriak-teriak!”

Clara menoleh ke arah Mama. “Ma! Mama itu kenapa, sih? Anak pembantu ini tuh nggak pantes tidur di kamar itu! Ngapain sih Mama, jadi ngelunjak kan dia!” protesnya, mengempaskan kedua tangan.

“Cukup Clara, kamu tidak ada hak untuk melarang, karena Mama yang bertanggung jawab semua atas rumah ini!” tegas Lidya. Lalu menghadap Arsya, “kamu Arsya, jangan dengerin kata-kata Clara!”

“Iya, Bu.”

“Arsya, ayuk kita sarapan,” ajak Lidya.

“Iya, Bu.” Arsya menghadap Clara dan tersenyum manis.

Clara membuka mulut, menutup dan memajukan bibir, semakin kesal. Sialan! Gue diledek lagi, gerutunya dalam hati. Cewek itu berteriak, “He! Lo pikir senyuman lo itu manis, hah!”

Arsya dan Lidya terus menuruni tangga.

Arysa, Lidya, Clara, dan Kevin sarapan pagi bersama. Wajah Clara terus mengerut melihat Arsya. Kevin juga menyeringai melihatnya. Sementara Lidya memerhatikan anak-anaknya hanya bisa menggeleng-geleng. Ibu dua anak itu kemudian memberikan perhatian kepada Arsya dengan menyodorkan sepotong roti. Kakak dan adik kompak menjulingkan mata dan membuang muka.

Siang hari, Arsya sedang makan di kantin dengan Rifki, sahabatnya. Clara melihat Arsya dan tersenyum menyeringai. Dia berdiri membawa es susu coklat, berjalan ke arah bangku laki-laki yang dibenci dan menjatuhkan diri ke punggungnya, seketika es susu coklat tumpah di bajunya.

Lihat selengkapnya