Arsya dan Lidya sudah merencanakan bulan madu, mereka sudah bersiap untuk pergi. Persiapan sudah lengkap. Pasang suami istri itu berjalan menuruni tangga. Clara dan Kevin mendecik melihat ibu kandung dan ayah tiri muda mereka.
“Tidak ada yang ketinggalan, kan?” tanya Lidya.
“Tidak, Bu.”
“Yaudah kita kita berangkat.”
Arsya menggandeng tangan Lidya. Melihat itu, Clara, menjulurkan lidah, dan mual-mual palsu, Kevin mendecik dan menggeleng, dan akhirnya pergi karena sudah tidak tahan. Sedangkan Clara masih menguntit mereka dari belakang.
Arsya merangkul Lidya dan mengecup pipi kanannya. Clara menganga, menaikan kedua bahu dengan bibir merapat yang tertarik ke bawah, lalu mengusap-usap pundak kiri dan merasa jijik melihat mamanya yang sedang berbunga-bunga dengan suami muda. Clara pun pergi ke rumah Raisa untuk berkumpul dengan kedua temannya.
Nita sedang berbaring tengkurap sambil menggesek-gesek kuku, Raisa hanya menonton Clara yang sedang berjalan bolak-balik dengan gelisah.
“Kalian tahu, nggak sih?”
“Enggak,” jawab Raisa dan Nita.
“Masa Mama sama cowok sialan itu, mereka tuh pergi bulan madu. Ih jijik banget, tahu!” gerutu Clara.
Nita tertawa terbahak-bahak. “Aduh nggak bisa ngebayangin gue.”
“Lah emang kenapa? Kan mereka udah sah suami istri, ya wajar lah, namanya juga pengantin baru,” Raisa menghadap Clara, “kok lo yang sirik, sih! Arsya itu udah jadi suami mama lo, panggil dia dengan namanya paling tidak.”
“Ih Raisa! Gue tuh nggak sirik, gue risih, tahu!” bentak Clara.
“Yaudah kalau risih ya jangan dipikirin,” ucap Raisa, seolah sarannya itu akan menyelesaikan masalah dengan mudah.
Clara menginjak-injak kaki dengan cepat ke lantai. “Ih! Lo tuh nyebelin banget sih, Raisa!”
Nita tertawa terbahak-bahak. “Gangguin aja, bulan madunya,” sarannya dengan percaya diri, seolah idenya itu cemerlang.
“Gimana caranya?” tanya Clara.
“Ya, bikin mereka cepet pulang dari yang seharusnya,” tutur Nita.
“Eh, jangan gitu, dong, nggak boleh, kalian itu, biarin lah mereka seneng-seneng. Lagian itu kan mama lo, Clara, emang lo nggak seneng kalau mama lo seneng? Gue aja terus berusaha bikin Mama seneng, lo malah mau gangguin mama lo yang lagi seneng-seneng, inget! Surga di telapak kaki mama lo,” kelakar Raisa.
Clara merengek.
....
Arsya dan Lidya sudah sampai di tempat bulan madu, mereka melihat kamar yang sudah dipercantik untuk pasangan baru suami istri. Lidya dan Arsya tersenyum melihat kamar itu, lalu membereskan barang-barang.
Pasangan yang baru menikah itu duduk santai sambil menikmati pemandangan yang indah, sebuah lereng yang hijau, langit yang biru dan cerah.
“Arsya, kok saya jadi kayak anak muda begini, ya?” Lidya menoleh Arsya.
Arsya tertawa singkat. “Maksud Bu Lidya?”
“Ya, saya senang banget bisa seperti ini bersama kamu, saya merasa seperti berbunga-bunga. Aduh saya jadi malu, saya kan sudah tua begini.” Lidya tertawa malu-malu.
Arsya tertawa singkat dan menatap Lidya. “Saya senang kalau Bu Lidya senang. Bu Lidya itu masih cantik, masih kelihatan muda, tidak kalah sama ABG.”