Clara terus berpikir bahwa dia harus mendapatkan kembali barang-barangnya, dia pun melakukan apa yang sang kakak katakan. Saat setelah Arsya, Lidya, Clara dan Kevin selesai makan. Clara mulai meminta maaf.
“Arsya.” Clara memajukan dan memainkan bibir.
Semua mata tertuju pada Clara.
“Gue mau minta maaf, karena gue telah menyakiti hati lo dan menghina mama lo.” Clara terus memainkan bibirnya.
Lidya tersenyum.
“Ya, saya maafin,” kata Arsya. Saat semua pergi, Arsya berdiri memanggil Clara, “Clara.”
Clara berbalik badan.
“Empat hari yang lalu, saya lihat cowok kamu lagi sama perempuan lain, mereka kelihatan mesra, ya ... saya tidak tahu itu siapa, tapi saya nggak mau berperasangka buruk juga. Mungkin saudaranya yang begitu dekat dengannya makanya kelihatan begitu dekat, cuma saya saranin, kalau memang cewek itu selingkuhanya, berati dia bukan laki-laki baik, mending tinggalin.” Arsya pergi menyusul Lidya.
Clara hanya diam, tidak nampak kesedihan di wajahnya. Dia lalu membayangkan dulu ketika belum lama berpacaran dengannya.
“Sayang, apa bener lo selingkuh sama cewek lain? Temen gue lihat lo sama cewek lain dan mesra-mesraan.” Mata Clara berkaca-kaca.
Niko tersenyum dan tenang. “Sayang, mana mungkin gue selingkuh, percaya sama gue, gue sayang sama lo dan gue nggak bakal selingkuh, kan gue udah janji sama lo. Lagian, minggu lalu gue kan sakit dan nggak keluar rumah.” Niko mendekat dan memeluk Clara. “Percaya, ya sama gue, Sayang?” Ia membelai rambut Clara.
“Bener, ya?”
“Tentu dong, Sayang."
Clara tersadar dari bayangannya, lalu tidak menggubris kabar bahwa Niko bersama perempuan lain. Dia lebih memilih merencana sesuatu untuk terus menjahili Arsya. Saat pagi hari, Arsya masuk ke kamar hendak mandi. Clara berbisik kepada kakaknya, sang kakak lalu bergegas menuruni tangga.
Ini, baru dimulai, kata Clara dalam hati.
Arsya sedang mandi, ia menggosok-gosok rambutnya yang berbusa, tiba-tiba keran air berhenti menyala. Arsya terus mencobanya tetapi keran tidak keluar air. Ia menutup mata karena pedih dan segera mengenakan handuk.
Aduh gimana, ini?, batin Arsya.
Arsya berjalan keluar kamar dengan mata yang setengah tertutup, dengan hati-hati, ia menuruni tangga. Clara melihatnya dari belakang dan tertawa puas. Arsya kemudian menyebur ke kolam renang dan menggosok rambutnya.
Selanjutnya, Arsya hendak pergi ke kampus, menyalakan motor, tetapi motornya tidak menyala. Ia kemudian masuk ke rumah untuk mengambil kunci mobil. Lalu pergi ke tempat parkir mobilnya, saat akan membuka mobil, tangannya tidak bisa lepas dan terus menempel pada pintu mobil. Ia mengendus dan meminta bantuan kepada Pak Kemal. Arsya berhasil melepaskan tangannya dengan meringis.
Sore harinya, Arsya kembali mengempaskan napas, menggeleng-geleng karena melihat kaca mobil depan terdapat beberapa pecahan telur. Clara pun kembali menjahili Arsya di pagi hari berikutnya. Saat Arsya mengambil sepatu di rak, ia memakainya dan seketika melepaskannya lagi, terdapat coklat pasta di dalam sepatu. Laki-laki itu hanya menggeleng-geleng dan mengempaskan napas.
Siang harinya lagi, saat Arsya sedang berjalan menggendong tasnya, tiba-tiba seorang mahasiswi menabrak dan menumpahkan air dingin ke bajunya.
“Astaga maaf, maaf, maaf, maaf banget, ya?” kata mahasiswi yang tak dikenal. Dia kemudian berlari.
Arsya hanya mengambil napas panjang.
Masih tidak puas, hari berikutnya saat Arsya sudah mandi, ia mengenakan kaus dan seketika mengendus.
“Kok, baunya tidak enak sekali.”