Kamis untuk Marsha (Bagian 1)

Cindy Karina
Chapter #3

Rendra: Dingin pipinya yang bagai es

Tadi sempat kusebutkan, ‘kan, kalau keluargaku itu sederhana? Sehari-hari, aku jarang bertemu dengan ayahku karena ia, yang merupakan seorang pegawai administrasi di perusahaan swasta, sering bekerja hingga malam. Sedangkan, ibuku adalah seorang Asisten Rumah Tangga. Ia bekerja di rumah sepupuku yang bernama Riko, dan juga cukup sering bekerja overtime.

Aku terlalu segan untuk mencampuri urusan pekerjaan Bapak. Meskipun jarang berinteraksi secara langsung dan orangnya juga pendiam, tapi Bapak adalah kepala keluarga yang baik. Ia selalu memastikan kebutuhan kami terpenuhi dan sekalinya bisa bertemu denganku kala akhir minggu, ia juga pasti bersedia menghabiskan waktunya bersama Ibu dan aku.

Namun, berbeda jika menyangkut Ibu. Melihatnya bekerja dari pagi hingga malam, apalagi atasannya adalah orang-orang yang menyebut mereka “saudara”, membuat hatiku sering kali hancur. Itulah mengapa Ibu tak pernah menceritakan tentang keseharian pekerjaannya. Ia tahu, aku akan mengeluarkan asap dari telinga dan hidungku jika aku mendengar nama Riko atau orang tuanya disebut.

Aku pun sadar kok, aku yang masih bocah ini juga belum bisa berbuat banyak untuk mereka. Itulah sebabnya mengapa aku, si anak tunggal, sangat ambisius dan tak sabar untuk segera lulus. Jika sudah kuliah nanti, aku akan mati-matian belajar lebih serius sembari bekerja. Yang paling penting, beasiswa harussekali lagi kutekankan, harusbisa kudapatkan.

Masalah yang kini menghadangku adalah, aku mengincar jurusan Ilmu Hukum karena prospek keuangan yang bagus. Namun, ternyata aku tak segemar itu mempelajari teks-teks di bidang hukum. Ah, andaikan menjadi penulis atau pustakawan bisa lebih menjamin kesejahteraan orang tuaku, hal ini tak akan kupusingkan.

Lihat selengkapnya