Jauh sebelum belajar bersama Marsha, aku sudah menjadi bagian dari keluarga 'Buku & Kopi'. Aku pun sudah kenal baik dengan Mas Zeffri, sang owner, sejak hari pertama kedai ini dibuka. Mas Zeffri berusia 12 tahun lebih tua, tapi baiknya padaku luar biasa. Aku yang seorang anak tunggal ini merasa sangat bersyukur bisa mengenal sosok kakak laki-laki sepertinya.
Dari dulu, Bapak dan Ibu sudah sering pulang malam, jadi sepulang sekolah aku sering bersepeda sendirian keliling kompleks. Memang dulu aku rutin berolah raga bersama teman-teman sepermainan yang rata-rata sepantaran, tapi saat menjelang SMA, banyak dari mereka yang sibuk bimbingan belajar atau dikurung dalam rumah agar tak menghabiskan waktu dengan bermain. Bapak dan Ibu juga beberapa kali menawariku ikut bimbel, tapi selalu kutolak. Aku tahu biayanya tidak murah. Yang kuinginkan hanyalah mereka berdua bisa pulang lebih cepat dan aku bisa masuk ke SMA favorit dengan usahaku sendiri.
Ketika masih periode renovasi, depan bangunan 'Buku & Kopi' ditutupi oleh dinding seng dan tak terlihat apa-apa dari luar. Itulah mengapa aku tak pernah tertarik setiap kali bersepeda melewatinya, hingga kedai ini resmi dibuka. Aku menghentikan sepedaku saat Mas Zeffri, dengan sebatang rokok yang terjepit di antara kedua bibirnya, memasang blackboard standing bertuliskan 'Welcome to Buku & Kopi, a place for nerds like you and me (Soft-opening promo: ALL MENU, 10% OFF !)'
"Halo," Mas Zeffri yang bertubuh jangkung, berjenggot tipis, dan memakai topi flatcap cokelat menyapaku sambil masih lanjut menikmati rokoknya.
"Halo, Mas. Baru buka, ya?"
"Iya. Mau lihat-lihat ke dalem, enggak?"
"Eh?"
"Udah, santai aja. Siapa namamu?"
"Rendra."
"Zeffri," lalu ia mengisyaratkan dengan gerakan kepalanya agar aku mengikutinya ke dalam. Ia mematikan rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah.
Aku terkesima dengan apa yang kulihat di area dalam kedai tersebut. Dari namanya, aku sudah tahu bahwa tempat ini juga merupakan tempat membaca, tapi aku tak menyangka koleksi bukunya akan sebanyak ini. Sebagian besar adalah buku bekas dengan aroma khasnya, tapi dalam kondisi yang masih layak. Nuansa vintage-nya juga sangat didukung oleh kursi-kursi rotan dan besi yang catnya sudah sedikit pudar, juga jendela besar serta teras yang dihiasi oleh banyak tanaman dan bebatuan.
"Kamu kelas berapa sekarang? Suka baca, enggak?" Mas Zeffri bertanya seraya aku mengagumi kedainya yang tak terlalu besar tapi memesona.