Sabtu pagi Aldy sudah berada di Centro Futsal. Raka, sahabatnya mengajak dirinya bermain futsal bersama. Ternyata bukan hanya teman sekolahnya saja, namun ada juga beberapa orang dari sekolah lain.
Aldy Maldini, seorang laki-laki tampan berwajah tegas sedang duduk di kursi dipinggir lapangan. Permainan Futsal mereka sudah selesai sejak lima menit yang lalu, tim nya kalah. Raka yang notabene menjadi lawannya dalam bermain Futsal, menunjukkan wajah jumawa atas kemenangannya. Bagaimana Raka tidak menang, dia adalah Kapten Futsal disekolah mereka. Salah satu pemain yang akan mencetak skor paling banyak setiap kali permainan.
"Loser!" Raka merebut air mineral yang berada di tangan Aldy, menenggaknya sampai habis tak tersisa. "Lo kalah telak Dy, 5-3 man!"
"Bukan masalah buat gue," Aldy mengedikan bahu tak peduli. "Mau lo yang menang atau gue yang menang gak berpengaruh apapun buat gue. Gue tetep lebih ganteng dari lo!"
"Najis!"
Aldy dengan segala kepercayaan dirinya mampu membuat Raka jengah, untung isi dompet Aldy memadai yang membuat dirinya masih bertahan sampai sekarang. Bukan hanya itu, Aldy tipe manusia yang mudah bergaul dan tidak pernah memilih teman, tidak pernah sombong kepada orang lain kecuali dirinya. Kalau sudah bersama Raka segalanya akan dipamerkan oleh Aldy, bahkan sampai harga celana dalamnya yang bisa mencapai tujuh digit angka bila dirupiahkan. Orang kaya, mau sombong pun bebas! Dompet mensuport.
"Fan. Sini!" Raka memanggil cowok jangkung berkulit hitam manis. Irfan namanya, sahabat Raka sejak dirinya masih ingusan. Sayang sekali saat masuk SMA mereka harus berpisah. Raka yang sudah lama sangat ingin masuk ke SMA Angkasa karena memiliki Ekskul Futsal yang bagus harus rela berpisah dengan Irfan yang harus bersekolah di sekolah milik Ayahnya.
Irfan duduk disamping Raka, "Apaan?"
"Weits, santai bro! Gak usah ngegas gitu." Raka mencoba menggoda Irfan yang kelihatannya sedang berada dalam mood yang buruk. Irfan yang mengajak Raka untuk bermain futsal dikarenakan Ayahnya yang lagi-lagi mencampuri urusan hidupnya, dia sedang suntuk karena Ayahnya ingin dia menjadi penerus perusahaan Ayahnya.
"Bodo!" Sewot Irfan yang lagi-lagi mengundang tawa dari Raka dan kekehan dari Aldy. Aldy baru mengenal Irfan hari ini namun dirinya sudah merasa akrab, Irfan anaknya lucu dan sedikit lebih ekspresif. Buktinya dengan sekarang dirinya yang sedang memasang tampang bete dengan bibir yang sedikit mengerucut.
"Bokap lo nyuruh lo belajar berkas-berkas yang ngebosenin itu?" Irfan mengangguk. "Dan lo ngajak gue Futsal. Eh malah kalah. Tolol! Lagian lo ngajak Aldy buat setim, kalah kan!"
Aldy menoyor kepala Raka, "Maksud lo apa?"
"Lo yang bikin tim kalah!" Perjelas Irfan, bercanda niatnya.