'Aku sedang kehilangan sebagian dari diriku, sedang tidak percaya diri.'
🦋
Setelah putus dengan Irfan dan Radit Salsha memilih pulang kerumahnya, menenangkan diri sejenak. Hatinya tidak patah, namun sebagian dari dirinya hilang. Bukan hanya tentang dia yang akan kehilangan ATM berjalan namun juga karena ini pertama kalinya Irfan membentaknya.
Diantara persahabatan mereka bertiga hanya Irfan yang selalu memperlakukannya dengan baik, bukan berarti Raka tidak baik. Namun Irfan tidak pernah marah dengannya, selalu berusaha memberikan apa yang dia inginkan. Irfan memperlakukannya dengan sangat baik, sampai dia lupa suatu saat segala yang dia genggam akan lepas.
Tapi tidak dengan Irfan, Salsha tidak akan bisa melepaskan Irfan dan Raka begitu saja. Mereka terlalu berarti. Mereka berdua orang pertama yang tidak pernah menghakimi kelakuannya, selalu ada alasan atas tindakan. Itu yang selalu mereka katakan. Selama hampir dua tahun mereka selalu ada untuknya, dia tak akan bisa ditinggalkan oleh mereka berdua. Mereka berdua harus selalu berada dalam genggamannya, harus selalu ada pada radarnya.
Salsha harus meminta maaf lagi pada Irfan, setidaknya dia berusaha lebih agar Irfan mau memaafkannya. Karena terlalu takut untuk menelpon lelaki tersebut Salsha memutuskan untuk mengirimi pesan singkat saja.
Irfan🍦
Maaf. Sumpah gue minta maaf.
Irfan maafin, jangan marah.
Jangan giniin gue kek.
Kuota lo abis? Gak bisa beli
kuota? Mau gue beliin?
Ah lo kan banyak duit.
Ngapain juga gue beliin!
Kouta lo gak abis ya! Chat
ini aja kekirim.
Woi! Irfaaaaannn
Maaf
Maaf!
Maaf!!
Maaf!!!
Satu jam sudah Salsha mengirim spam pesan kepada Irfan, tapi tak dibalas dan tidak dibuka sama sekali. Menyebalkan.
Apa Salsha harus berlutut biar dimaafkan? Apa dirinya harus memberikan satu buket bunga atau coklat kepada Irfan? Atau harus membelikan lapangan futsal untuk Irfan. Ah mana bisa, dirinya saja hidup secara pas-pasan. Ayahnya hanya pegawai bank biasa sedangkan ibunya hanya bekerja di toko roti. Hal tersebut yang membuat dirinya memanfaatkan semua laki-laki untuk memenuhi kebutuhannya.
Saat sedang memikirkan cara untuk meminta maaf kepada Irfan agar terkesan kepadanya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Iya Bu, masuk aja."