"Salah alamat kalau kamu tanya soal keharmonisan rumah tangga sama saya Son, saya bukan pakarnya," ucap Jati, ketika lagi-lagi, Sonu curhat soal perubahan sikap istrinya yang biasanya ceria, tapi belakangan jadi dingin.
"Sudah berbagai cara, aku lakukan wahai sahabatku, tapi tetap saja sama," lirih Sonu, laki-laki blasteran India, yang menurut Jati, Sonu merupakan paket lengkap seorang laki-laki, tinggi, hidup bangir, mata elang, hitam manis, alis tebal, bayangkan saja sendiri bagaimana bentuk wajah Sonu, dan jika seorang Jati saja bisa memuji Sonu, bagaimana dengan para perempuan diluar sana, dan alangkah ruginya menurut Jati, jika sampai istri Sonu, mengabaikan sosok laki-laki perfect seperti Sonu.
"Apa cinta karena perjodohan, sulit banget ya, berubah jadi cinta sungguhan." Ucap Sonu lagi.
"Semua butuh proses Son, lambat laun, istrimu pasti menyadari itu, jangan berhenti berjuang untuk mendapatkan 100% hatinya." Ujar Jati sembari menepuk-nepuk pundak Sonu, yang memang menikah karena dijodohkan, dan awalnya keduanya tidak menyukai perjodohan tersebut, tapi lambat laun, Sonu justru jatuh cinta sungguhan dengan istrinya itu, tapi berbanding terbalik dengan sang istri, meskipun tetap menjalankan tugasnya sebagai istri, Sonu masih merasa istrinya, belum sepenuhnya mencintainya sebagai seorang suami, dan hanya sebatas menghormati saja, tanpa ada embel-embel cinta.
Akan tetapi, Jati yakin, jika suatu hari nanti, istri Sonu, akan menyadari berapa besarnya cinta Sonu padanya, dan saran Jati, Sonu, mencoba mencari tahu, apa hobi sang istri, siapa tahu, dari mengetahui kesukaan pasangan, suasana yang tadinya kaku, menjadi hangat dan mencair, dan benar saja, begitu Jati memberi saran, Jati langsung menghubungi kakak iparnya, dan menanyakan apa yang paling istrinya sukai, alasannya, ingin memberikan kejutan, soalnya selama ini, ketika Sonu tanya apa kesukaan sang istri, jawabannya hanya standar, nonton film dan makan, itu saja.
"Semoga sukses kawan," ujar Jati sembari menepuk-nepuk pundak Sonu lagi, dan kemudian berlalu dari hadapan Sonu, karena hari ini, Jati punya janji dengan salah satu anggota, untuk mengambil setoran pinjaman, karena sang anggota tidak bisa pergi ke kantor, lantaran sakit.
Disepanjang perjalanan, Jati kepikiran dengan semua sarannya kepada Sonu, bagaimana bisa akhirnya dia memberikan saran kepada pasangan yang baru menikah, sementara pernikahannya sendiri saja sedang dalam masalah, dan terus terang saja, Jati merasa bersalah kepada Sonu, dan berharap, saran yang ia berikan, tidak mengecewakan.
Jati terdiam mematung sejenak, ketika melihat kondisi jalanan yang akan ia lalui, untuk menuju rumah anggota yang ia tuju.
Tanah kuning yang basah, dan sudah dipastikan licin, karena jujur saja, Jati benar-benar tidak tahu, kalau jalan kampung menuju rumah anggota tersebut baru saja di gusur, dan baru diisi dengan tanah pula, dan sudah kepalang tanggung, jadilah Jati lanjut saja dengan berhati-hati, karena bagaimana lagi, tuntutan pekerjaan, apapun resikonya ia harus terima.
Perjalanan yang seharusnya hanya memerlukan waktu tempuh 20 menit, menjadi ekstra lebih lama, dua kali lipatnya, dan terlebih ditambah turun hujan gerimis pula, yang menambah licin jalan tersebut.