Koridor Sekolah….
Aku dan Andin pun bergegas ke lapangan untuk hormat bendera. Aku melihat jelas kesedihan di raut wajahnya. Kali ini aku mau menghibur dia agar tidak sedih lagi. Aku benar-benar tidak bisa melihat perempuan menangis. Aku lemah untuk hal ini. Rasanya tidak tega melihat Andin dengan wajah imutnya menangis.
“Udah jangan nangis ih, nanti jelek loh” kata ku sambil menatap wajahnya.
Andin menatap ku dengan wajah berkaca-kaca itu dan tidak menjawab.
“Hidup itu harus gitu din, ada saatnya kita ngelakuin kesalahan supaya kita bisa ambil pelajaran di dalamya” jelas ku yang mencoba untuk menenangkan.
“Tapi kamu engga tau rasanya di marahi dan di hukum” ucap Andin.
“Ih siapa bilang, lo lupa? gue kan suka di marahi dan di hukum sama guru. Udah kebal sekarang gue hehehe”
Mendengar aku berkata seperti itu membuat Andin tertawa sembari menangis. Gemasnya melihat dia.
“Din...” panggil aku kepada Andin
Andin tidak menanggapi perkataan ku hanya menunduk saja. Aku pun mulai mencari cara agar dapat berkomunikasi dengan dia.
“Oh iya din, sebelumnya makasi ya” aku memulai berbicara lagi.
Mendengar perkataan ku Andin langsung tertuju melihat ku sambil mengusap air matanya. Benar-benar seperti anak kecil makin hari ku lihat tingkah lakunya semakin gemas.
“Makasi buat apa?” tanya Andin kepada ku.
Aku senang sekali Andin menanggapi pembicaraan ku.
“Makasi soalnya lo udah bantu gue belajar dan nilai gue jadi meningkat berkat lo hehehe” ucap ku dengan nyengiran ku.
Andin tersenyum saat aku mengatakan itu, bahagianya aku melihat Andin tersenyum kembali.
“Sama-sama” jawab Andin dengan ketawanya.
“Loh ko lo ketawa?” tanya aku kepada Andin.
“Gapapa, ga biasanya cowo kaya kamu bilang makasi,”
“Loh emang gue cowo kaya apa?” tanya ku kembali pada Andin.
Aku disini mencoba memancing dia dengan pertanyaan itu, berharap dia menjelaskan aku laki-laki macam apa di matanya.
“Loh ko diem?” tanya aku yang masih nyaman menatap wajahnya.