Aku benar-benar gugup mendengar pertanyaan Andin. Belum saatnya aku beritahu semuanya. Sepertinya aku berbohong untuk kali ini. Demi tidak terjadi masalah antara aku dan Andin.
“Oh gue belum kepikiran mau masuk mana, niatnya si SMA 2 tapi mana mungkin hehehe” jelas ku dengan candaan. Agar terlihat tidak canggung.
“Hehehe kenapa ga SMA 10 aja? bagus juga loh itu. ya masuk kriteria ke sepuluh besar favorit di jakarta,” ucap Andin dengan sarannya.
“Coba deh nanti gue pikirin” ucap ku dengan wajah santai.
“Oke pokonya semangat terus!” ucap Andin dengan semangat.
“Semangatttt!!! hehehe”
“Oh iya aku mau tanya lagi boleh?” Andin bertanya kembali kepada ku.
“Boleh”
“Ko kamu tumben mau ningkatin nilai kamu?” ucap Andin sembari menatap serius wajah ku.
Aku benar-benar bingung harus menjawab apa, kalau aku menjelaskan semuanya khawatir Andin tidak bisa menerima. Gawat Andin menanyakan soal itu!!. Gumam ku dalam hati.
“Ya kan itu perintah pak Andri” aku manjawab dengan sebaik mungkin agar tidak menjelaskan hal itu kepadanya.
“Pak Andri perintahkan kamu itu untuk apa tujuannya?” dia benar-benar menjebak ku dengan pertanyaannya.
“Ya engga buat tujuan apa-apa si. Cuma awalnya gue di hukum lama-lama gue berpikir bener juga di bilang pak Andri gue harus berubah jadi lebih baik. Di tambah papah galak loh jadi ya mau engga mau belajar kan,” aku menjelaskan dengan sangat baik. Maaf pah kali ini aku bawa-bawa nama papah hehehe. Ungkap ku dalam hati.
“Hehehe”