Setelah dua hari aku mengurung diri di kamar, kini saatnya aku sekolah walaupun tidak ngapa-ngapain aku tetap ingin sekolah, aku ingin bertemu dengan teman-teman ku. Walaupun aku sebal dengan sikap Andin waktu itu, tetapi rasanya aku rindu dengan dia. Akan ku coba berusaha untuk mengenalkan Andin dengan teman ku.
Hari ini adalah hari dimana selesai ujian untuk semester ganjil ya mungkin karna Andin, nilai ku lebih baik dari sebelumnya. Entah kenapa aku jadi ingin selalu di dekatnya. Merasa nyaman, ia pengertian dalam menanggapi ku. Lebih tepatnya pengertian menangapi ku saat belajar saja. Di tambah wajah tirus serta kulit putihnya membuat ku gemas dan tenang melihatnya. Ingin rasanya setiap hari aku memandangnya. Wajah lugu yang di tampakan, suara lembut, rambut hitam yang terurai, ukuran badan yang lebih rendah dari ku, membuat aku ingin memeluknya. Serta kelakua polosnya yang membuat ku tidak ingin jauh dari dia. Mungkin inikah yang di sebut cinta? Tapi aku ingat perkataan ku kepada teman-teman ku kalau aku tidak akan pernah mencintainya, dan memacarinya. Ini hanyalah strategi untuk mendekatkan dia untuk mendapatkan tiket nonton bola. Ya tapi aku sedikit sebal si karena kemarin dia seperti itu. tapi kalau aku menjauh seperti ini tidak nyaman membuat ku. Akan ku coba mengerti dia. Dan mencoba untuk memberi pengertian padanya agar perlahan-lahan dia dapat menerima semuanya.
Dari luar pintu datang lah pengurus osis. Memberitahukan suatu informasi mengenai lomba antar kelas untuk mengakhiri semester ini. Bisa juga di sebut class meeting.
“Teman-teman kami dari pengurus osis akan menyampaikan beberapa hal bahwa akan di adakan lomba futsal antar kelas” ucap ketua osis di depan kelas ku.
Mendengar hal itu aku dan teman-teman ku sangat bahagia. Menurut ku, ini sebagai kesempatan untuk memperlihatkan kelebihan ku kepada Andin. Beberapa teman kelas ku menyahuti.
“Wah pas banget, untung kelas kita banyak jagoan-jagoan. Pasti kelas kita akan menang!” saut salah satu siswa di kelas ku.
Ini saatnya aku perlihatkan kelebihan ku pada Andin, aku ingin dia melihat dan menilai bahwa aku laki-laki yang bisa di andalkan dan di banggakan.
Dengan percaya dirinya aku menjawab.