Hari ini adalah hari dimana kami dapat mempromosikan club kami di sekolah pada peserta didik. Aku dan Andin sudah sangat mempersiapkan. Tapi tanpa promosi seperti ini, club bola pasti banyak yang ingin bergabung. Aku sudah sangat percaya diri. Walaupun gitu niat ku yang penting bisa bersama terus dengan Andin. Mempromosikan club dengan sama-sama itu sudah cukup bahagia bagi ku.
“Jadi, kalau masuk club PMR itu, nanti akan di ajarkan bagaimana cara mengobati orang,” ucap penjelasan Andin dengan sangat tertata. Setelah ini aku yang akan memperomosikan club ku.
“Siapa lagi yang mau gabung ke club PMR?” tanya Andin. Ya lumayan lah yang masuk satu kelas bisa 10 orang yang ikut.
Walaupun aku tidak menjelaskan lebih detail tentang club bola, tetapi sekali aku berkata banyak sekali yang ikut. Teman-temanku mencatat nama-nama yang bergabung.
“Siapa lagi yang mau ikut?” tanya aku pada murid kelas satu.
“Gue bang,”
“Gue juga”
“Gue mau”
Adik kelas ku dengan antusiasnya maju ke depan. Membuat ku menahan tertawa dan andin melihatku dengan malu.
“Ma catat siapa aja yang mau gabung!” perintah ku pada Rama.
“Oke rey!”
Saat murid laki-laki berkerumunan mendekat teman teman ku. Aku mengampiri Andin dengan bangganya karena club ku lebih banyak yang mau gabung di banding club PMRnya dia.
“Liat kan? banyak yang masuk club aku”
“ya iyalah banyak, club kamu kan emang banyak yang minatin. bahkan kalo ada pendaftaran untuk siswa perempuan. Pasti langsung daftar juga kan.”
“Kalo di buka pendaftaran buat murid kaya kamu, kamu mau gabung ga?”
“ih mana mau aku, keke....” belum melanjutkan perkatannya aku sudah memotong pembicaraan Andin.