“Baik anak-anak, kalian sudah melewati proses yang panjang. semua ujian sudah kalian lewati. Tibalah sekarang pengumuman nilai,peringkat, dan kelulusan yang tertera di mading. Setelah ini kalian boleh melihat. Terakhir ibu cuma mau bilang banyak banyak terima kasih pada kalian. Yang sudah menjadi murid yang baik untuk ibu. Rey yang awalnya membuat masalah. Tapi karena Andin, Rey sudah berubah. Ibu juga terima kasih ya pada Andin. Yang ibu harapkan setelah lulus dari sekolah ini kalian tetap jadi murid yang ibu kenal, tetap baik dan semangat ya dalam belajar. Karena kehidupan ke depannya jauh lebih rumit dan panjang. Kalian harus lewati sampai tiba lah mimpi yang kalian inginkan datang.” Ucap bu April wali kelas ku dengan haru. Membuat murid murid meneteskan air matanya. Begitu pun Andin yang menutupi wajahnya dengan buku agar tidak terlihat dia menangis.
Murid perempuan langsung memeluk guru ku. Dan setelah itu kami foto bersama.
Speaker sekolah mengumumkan untuk melihat nilai, peringkat, dan kelulusan. Aku dan teman teman ku melihat. Tapi kali ini jantung ku berdebar. Aku takut melihatnya. Biar lah Andin yang melihat. Aku tunggu saja informasi dari dia. Aku takut kalau aku gagal.
“Rey gue deg degan” ucap Reno sembari memegang dadanya.
Seharusnya aku yang merasakan itu. kalau aku gagal, aku harus memotong rambut ku.
“Asik deg degan juga lo liat nilai” jawab ku dengan tertawa pelan..
“Bukan nilainya Rey, tapi kelulusannya. Gue takut ga lulus!!”
“Yeee, pasti lulus lah. Engga ada sejarahnya sekolah kita engga meluluskan muridnya!”
“Lo ga inget wali kelas kita bilang apa waktu itu?”
“Itu cuma nakut nakutin aja supaya kita belajar.”
“Tapi tetep aja gue takut.”
“Lebay lo ah!!”
“Kalo nilai si gue ga pikirin berapa ke yang penting gue lulus. Gue niat sekolah di swasta jadi santai”
“Yeee. lo liat dulu aja ya gue mau ke kamar mandi.”
“Oke deh”
Aku meninggalkan teman teman ku dengan alasan ingin ke kamar mandi. Padahal aku tidak mau melihat. Aku menunggu Andin saja yang melihat, dan saat Andin sudah melihat, Aku melihatnya tersenyum dari kejauhan. Aku sudah tahu kalau dia senyum pasti aku tandanya aku gagal. Aghhhhh aku harus potong rambuttttt!!!!!. Gumam ku dalam hati.
Andin mengampiri ku dengan senyum tipisnya.
“Sesuai persyaratan, kamu harus potong rambut.” ucap Andin dengan wajah bahagianya.
“Ughhhh udah di tebak pasti gagal. Susah banget si ngalahin kamu.” gerutu aku yang tidak menerima semuanya.
“Tapi kamu engga gagal, kamu naik ke peringkat empat. Naik satu udah bagus hehe”
“Percuma, kan tujuan aku ngalahin kamu”