Siapa yang menyangka jika anak lelaki berumur lima tahun dapat memiliki tatapan yang amat dingin. Tubuh kecilnya seakan tak terdekap oleh siapa pun, hingga kehangatan tak menjumpainya. Sikapanya yang terlihat angkuh mampu menipu semua anak-anak lain. Sehingga tidak ada yang mau berteman dengannya. Di saat anak-anak lain bermain dengan riangnya kala jam istirahat, Haru hanya mampu memandangi mereka dengan tatapan muak. Galak, begitulah para murid PAUD Mawar menyebutnya. Baru diajak berkenalan saja, ia tak segan untuk menghempas tangan siapa saja yang hendak meraih tangannya.
"Hey!"
Mendengar itu, Haru menoleh. Senyum manis seorang gadis kecil menyapanya, entah dari mana datangnya gadis itu, tanpa meminta izin ia duduk di samping Haru lantas membuka bekal yang sejak tadi ia bawa.
Ke mana perginya Daruma Haru? Si bocah kecil yang arogan dan tidak suka diganggu. Nyatanya kedatangan gadis kecil itu tak mengusiknya sama sekali.
"Buka mulut!" titah gadis kecil itu masih dengan senyuman. Mata minimalisnya yang tampak segaris, membuat Haru tersenyum tipis. Lagi, meski kebingungan seakan terhipnotis Haru membuka mulutnya, mengunyah dengan lahap suapan demi suapan yang gadis itu beri.
"Kenapa?" tanya Haru.
Gadis kecil itu mengernyitkan kening. "Kenapa apanya?"
"Kenapa kamu ke sini?" tanya lagi Haru. "Kamu nggak tahu aku?"
"Tahu," jawab si gadis kecil. "Kamu teman sekelasku, kan?" tanyanya memastikan.
Haru mengangguk. Ia sedikit senang, sebab masih ada yang mengenalinya.
"Namaku, kamu tahu?" Seakan merangkap jadi bocah kepo, Haru terus bertanya.
Gadis kecil itu tampak berpikir, raut wajahnya berubah. Tak segirang seperti sebelumnya. Juga Haru, mata bocah itu tampak menyipit. Sudah ia duga. Gadis kecil itu sama seperti yang lain, mereka hanya datang karena penasaran terhadapnya. Tanpa tahu apa-apa tentangnya.