Kamu dan Hujan

Naila Etrafa
Chapter #2

Bidadari itu bernama Zea

Kami turun dari angkot berbarengan. Aku melihat jam tangan, masih ada 3 menit sebelum terlambat. Aku bersyukur kemudian segera berlari ke lapangan, kulihat Musa sudah berada 10 meter di depanku, gesit juga dia. 

Sesuai rundown anak baru akan berbaris di lapangan, dicek kelengkapan atributnya kemudian dibagi perkelas.

Kami berjajar rapi, tidak bergemuruh seperti ospek di SMP ku dulu. Aku merasa mereka benar-benar terdidik dan disiplin. Tanpa intruksi 2 kali mereka sudah paham. Atribut mereka sangat lengkap rapi dan baru. Aku melihat diriku, seragam SMA yg kubeli di pasar loak masih lumayan bagus. Atribut seperti papan nama, caping, dan wajib membawa karya tangan sudah lengkap. Karena berangkat di waktu yang riskan, aku mendapat tempat paling pojok. Lumayan menguntungkan juga berdiri di pojokan, selain tidak kepanasan juga agar tidak terlihat mencolok.

Kakak tingkat yang menjadi panitia sedari tadi sudah berjajar rapi dan berpose siap siaga, mereka memperkenalkan diri. Pembawaan mereka tidak kaku, terkesan kocak malah. Sangat terlihat bahwa mereka tidak grogi serta membuat kami enjoy, aku berharap bisa seperti mereka nanti. Harus bisa.

Di sela-sela perkenalan panitia, kami dikagetkan dengan langkah tergepoh-gepoh seseorang. Sontak kami menoleh ke sumber suara, wajahnya amat sangat kukenal. Dia anak perempuan yg mendaftar SMA setelahku. Iya benar, si bidadari itu. Bukan cuma aku yg melongo, sebagian besar mulut peserta bahkan panitia membentuk huruf O. Kulirik lelaki di sebelahku sampai meneteskan air liur. Langkah cepat dan ngos-ngosan si bidadadari itu membuat seolah satu dunia berhenti.

"Maaf Kak, saya terlambat. Tadi ban mobilnya kempes di jalan," napasnya tersengal sengal. 

Panitia terutama cowok yang awalnya enjoy terlihat gugup. Aku tersenyum kecil. Profesionalitas mereka diuji sekarang he-he.

Panitia cowok itu menjawab terbata-bata. 

"Oh. ti ... tidak masalah. Alasan bi ... bisa kami maklumi."

Lihat selengkapnya