Februari 2019
Entah bagaimana disebut dengan 'Peribahasa' padahal jika kita bedah peribahasa adalah gabungan antara kata peri dan bahasa. Peri adalah sosok fantasi biasanya seorang perempuan dengan sayap dan tongkat sihirnya. Tinkerbell salah satunya, peri kesukaanku. Aku tak pernah bosan menonton kembali film-filmnya. Sedang bahasa adalah adalah suatu ucapan atau tulisan yang digunakan untuk saling berinteraksi antar sesama makhluk hidup.
Tapi yang kita pelajari disekolah kala itu adalah sesuatu yang lain. Peribahasa kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil. Itu menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu-Zain (1994)). Sedangkan menurut KBBI V adalah ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup dan aturan tingkah laku.
Contohnya 'Ada uang abang disayang, tak ada uang abang melayang' yang kini berubah menjadi 'Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang' kemudian yang ini cukup populer 'ada udang dibalik batu' sering dipelesetkan menjadi 'ada udang dibalik bakwan' dan memnag populer karena menjadi lirik salah satu band. Sama halnya dengan 'bagaikan air, di daun keladi' yang mempunyai lagu, kemudian 'ada gula, ada semut' , 'air susu dibalas dengan air tuba' dan masih banyak lagi. Jika dibahas semua, ini bukan buku tentang kamu, tetapi berubah menjadi buku peribahasa beserta artinya. Biar para ahli saja yang membuat buku semacam itu, aku bukan ahli dalam peribahasa. Tetapi ada pula peribahasa yang begitu merepotkan diri, namun ini benar-benar menggambarkan aku dan dirimu. Yaitu "Bagai Mencari Jarum di Tumpukan Jerami"