Kamu

MS Wijaya
Chapter #7

#7 Meet You at Library

"Dari mana sih Na? Udah ngilang aja dari pagi." Tanya Jia yang sudah duduk di bangku tempatku duduk. Aku hanya tersenyum kecil, tak menjawab pertanyaannya dan langsung duduk di bangku sebelahnya yg kosong sambil mengelap wadah makan yang baru aku cuci tadi di kamar mandi, karena westafel di kelas sedang bocor.

"Gimana, hayolah ikut ya." Jia setengah merengek. Sejak semester lalu Jia memintaku bergabung menjadi anggota \humas, salah satu department OSIS angkatan. Tapi aku selalu menolak, karena tugas humas itu sangat berat. Terutama untukku yang kurang suka berinteraksi dengan banyak orang. Karena biasanya tugas humas yang utama yaitu, ke kelas-kelas untuk mensosialisasikan kegiatan-kegiatan angkatan atau dari manajemen.

 "Aku gak bisa Ya, kamu kan tau aku pemalu gini. Yang ada aku gemeteran nanti kalau disuruh ngomong di depan pas ngasih info sosialisasi ke anak-anak." Apalagi mengingat berdiri kemarin dikelas laki-laki, rasanya aku masih trauma harus berdiri ditatap orang-orang seperti itu. Aku benar-benar tidak nyaman menjadi pusat perhatian.

 "Ya ampun tenang aja sih kalau soal itu mah Na, humas kan gak cuma keliling sosialisasi ke kelas buat kasih info. Lu mau gue masukin ke divisi gue. Divisi mading dan perpus jadi santai aja. Mau yah, yah. Gue tunggu pokoknya nanti pulang sekolah di perpus. Bye..." Ujar Jia langsung keluar kelasku tanpa sempat aku menolaknya. Yang berarti keputusan final, aku harus ikut nanti sepulang sekolah ke Perpus. Ahh inilah salah satu kelemahanku yang lainnya, sulit menolak atau berkata tidak dengan tegas.

 

***

 

Aku menengok kanan-kiri, kondisi lorong aman. Jia tidak ada, sepertinya dia langsung ke perpustakaan begitu kelas selesai. Baguslah, aku bisa kabur dari dia. Biar nanti aku karang sendiri saat ia menanyakan kenapa aku tidak datang hari ini. Dan pastinya akan ngambek juga berhari-hari karena hal ini. Bilang saja tadi aku sakit, sakit perut, sakit gigi dan juga sakit kepala(Jangan dibaca sambil nyanyi ya).

Aku berjingkat-jingkat menuruni tangga, takut kalau Jia tiba-tiba muncul. Ku keluarkan sepatuku dari kantong sepatu sepelan mungkin, dengan cepat kukenakan sepatu dan mengikatnya sembarang. Baru hendak berdiri, tiba-tiba tubuh bongsor Jia menghalangiku.

 "Udah kebaca tau taktik lu Na.. hayok lepas lagi sepatunya." 

 "Yaa... Gue males banget, sumpah deh. Emang gak ada kandidat lainnya apa?" Aku memelas, pasrah seperti maling yang ketangkap basah.

 "Nggak, gue itu udah memperhatikan gerak-gerik Lo Na. Cuma lo doang yang cocok untuk bagian ini sama gue. Ayo buruan, udah pada kumpul tuh yang lainnya." Jia tidak bisa dibantah lagi, ia langsung naik ke lantai dua. Sialnya dia membawa tas ku sebagai sandera. Dengan langkah gontai aku mengikuti Jia dari belakang, melihat aku yang tak bersemangat Jia langsung berbalik padaku dan menggandeng tanganku dengan ceria.

 "Senyum dong, lu tau gak apa yang bikin gue betah di HUMAS..." Jia setengah berbisik ke kupingku. Apa? Tanyaku tanpa suara, hanya bibirku yang bergerak-gerak.

 "Cowoknya cakep-cakep hahahaha..." Kami tertawa bersama, dasar Jia. Nggak dikamar nggak dikelas ngomongin ya cowok terus. Kami pun memasuki perpustakaan angkatan kami, di sekolahku ini mungkin salah satu kekurangannya adalah belum ada perpustakaan khusus yang terpusat. Jadi sebagai inisiatif angkatan masing-masing beserta manejemen guru membuat perpustakaan sendiri-sendiri di setiap angkatannya. Tapi yang aku dengar saat ini tengah dibuat perpustakaan di gedung baru yang kini sudah ada di tahap finishing. Gedung itu adalah gedung pembelajaran untuk mahasiswa, mulai tahun lalu di buka universitas, dan cukup banyak yang mendaftar. Terlebih dari senior sebelumnya, kakak laki-laki kedua aku termasuk di dalamnya.

"Ehh udah ahh syutt.... Kalem, harus kalem ya nanti kalau udah di sana." Jia merapikan kerudungnya yang sedikit miring karena tertawa tadi. Aku meniup kerudung di atas kepalaku yang peyot karena Jia menganiyayaku tadi saat tertawa. Jia tipe orang yang tertawa dengan tangan yang tidak bisa diam. Kadang memukul-mukul orang bahkan menjambak orang disekitarnya. Tangannya perlu diwaspadai.

Lihat selengkapnya