Masjid sudah mulai ramai, terutama anak-anak kelas 7,8 dan 9. Mereka masih rajin-rajinnya berangkat ke masjid atau karena sudah di segerakan oleh kakak-kakak kelas dua belas yang memang tugasnya menyegerakan anak-anak ke masjid, sekolah atau olahraga bersama setiap satu bulan sekali.
Aku dan Bella masih terbawa kerajinan hasil tiga tahun didikan para wali kamar dan kakak kelas yang sangat senang menggedor-gedor pintu pintu kamar dengan tidak manuusiawi. Lagi pula siapa juga yang mau dihukum berdiri lagi menghadap barisan sekelompok anak laki-laki karena terlambat ke masjid. Sudah cukup aku masuk ke kelas-kelas Minggu lalu, sehingga aku menjadi anak yang cukup populer dikalangan anak laki-laki kelas 10. Populer karena berprestasi sih masih oke, tapi populer karena terlambat dan di hukum. Ohh tidak, jangan sampai terkena hukuman lagi, cukup kemarin itu saja.
Telingaku bahkan sampai saat ini masih mendengar bisik-bisik anak laki-laki saat mengambil buku atau mengantar tugas ke ruang guru. Mereka akan berbisik "Eh itu cewek yang kemarin ke kelas kita karena dihukum kan ya?" Ahhhh aku rasanya ingin menghilang seperti invisible man atau punya kekuatan ninja yang bisa menghilang begitu melemparkan bom asap seketika.
Kami berdua duduk di barisan paling depan. Menaruh mukena, sandal dan Al-Qur'an, Sandal harus dibawa masuk menggunakan plastic atau tas khusus kalau tidak petugas masjid akan membuang sandal-sandal itu ke tong sampah atau bahkan kolam ikan yang mengitari masjid Al-Hayat ini. Selepas shalat maghrib berjamaah kita tidak dipernankan untuk pulang, tapi wajib tadarus sampai azan isya. Selepas Isya baru kita diizinkan pulang untuk menyantap makan malam sampai jam setengah 9 kita diberi waktu untuk melakukan sesuatu seperti ke kantin umum atau berbelanja di Kope atau curi-curi bertemu dengan pacar, bagi yang punya. Setengah Sembilan sampai jam sepuluh malam adalah waktunya belajar malam. Semua wajib ada di meja belajar, kecuali ada jadwal belajar malam di selasar tengah bersama kakak kelas. Biasanya belajar kebahasaan atau malah hiburan menonton film yang sangat jarang. Tidak pasti jadwalnya, padahal itu salah satu hiburan yang di nanti-nanti.
Masjid ini berlantai dua, lantai dua berbentuk letter U sehingga ada rongga dibagian tengahnya sampai ujung depan yang menghadap kiblat dan bagian tempat shalat imam. Di lantai dua berderet jendela kayu jati yang kokoh. Sehingga kalau kita naik shalat di lantai dua kita masih bisa melihat imam. Tapi biasanya lantai dua sering dikuasai olek laki-laki berhubung tempat wudhu laki-laki di lantai dua, jadi sudah pasti itu semacam teritorial mereka. Walau terkadang ada anak perempuan yang ke sana, karena biasanya lantai dua menjadi tempat rapat atau ijtima ektratkurikuler, angkatan atau OSIS.
Biasanya para anak laki-laki sangat suka melongokkan kepala mereka dari jendela. Dan itu membuatku khawatir kalau-kalau daun jendela itu copat lalu jatuh mengenaiku atau orang yang tepat dibawahnya. Karena aku pernah ke lantai dua, dan sepertinya daun jendela itu begitu rapuh atau itu hanya pikiran liarku saja yang terlalu takut akan ketinggian. Ya aku akui aku takut ketinggian, setiap melihat dari tempat tinggi, seakan-akan ada angin dibawah telapak kakiku yang menggelitik dan rasanya kaki ini bisa lepas kendali ingin loncat dari sana.
"Plukk"