Kamukah Jodohku?

Daud Farma
Chapter #7

Tedoh Ne He

Tiga hari sudah Gunawan di Kampung Firdaus. Hari ini ia kembali ke rumah setelah berbulan madu di kampung yang menawan itu.

Meera hampir saja tidak mau diajak pulang, ingin menambah satu hari lagi. Namun karena suami yang mengajak ia tidak bisa menolak apalagi sampai membantah. Barang-barang sudah dikemasi, telah masuk ke dalam koper warna ungu. Lima menit kemudian mereka pun meninggalkan kampung Firdaus. 

“Semoga ke sini lagi nanti ya sayang pada hari ulang tahunku.” kata Meera pada Gunawan suaminya. Gunawan hanya mengangguk dan fokus pada jalan, memandang ke depan, penuh dengan tanggung jawab ia menyetir mobil bulan madu, mobil kesayangannya itu.

Sehari setelah ditelepon Dokter Nadia, Tauke langsung datang menjenguk Firman yang masih terbaring di rumah sakit Asal Eswid, rumah sakit kecap manis. Tauke membawa segala macam buah-buahan, semuanya per-satu kilo gram. Anggur, apel, stroberi, alpukat, rambutan, duku, salak, manggis, mangga dan buah nangka yang juga seberat satu kilo.

Lima jam Tauke dari rumah menuju Kampung Arab yang punya rumah sakit Asal Eswid itu. Tiga jam naik mobil dari rumah ke pelabuhan, dari pelabuhan menyeberang ke kampung Arab dua jam. Tauke dan dua orang anak buahnya telah sampai di dalam rumah sakit di tempat Firman berbaring.

Sampai di depan pintu ruangan Firman, Tauke mengeluarkan kaca dan sisir dari dalam kantong jas yang ia kenakan lalu merapikan rambutnya. Dokter Nadia sedang menyuapi Firman makan bubur.

“Asslamualaikum,” sapa Tauke.

“Wa’alaikum salam, silakan masuk, Tauke, anak Tauke sudah sehat. Sudah bisa makan bubur.” Kemudian Tauke dan anak buahnya masuk dan duduk di sebelah kanan Firman.

“Perkenalkan, namaku Randa, boleh juga dipanggil Darmanto, biasanya orang-orang memanggilku Tauke,” Dokter Nadia sedikit heran, kenapa ayah menanyakan nama anaknya? Pikirnya. Dokter Nadia paham, mungkin saja si Tauke ingin mengembalikan ingatan anaknya.

“Siapa namamu, Nak?” tanya Tauke.

“Aku tidak punya nama, Om.”

“Ya sudah, mulai sekarang kau kuberi nama, Firman.” Tauke tahu namanya, tadi Tauke hanya mencoba agar Firman mengingat namanya. Indentitas Firman terselipkan di atap mobil reotnya yang sekarang di dalam gudang Tauke. Tauke sangat mengerti bahwa Firman Amnesia, lupa segalanya karena kepalanya terbentur. Tauke sangat ahli mengembalikan ingatan seseorang.

Dulu ia pernah ikut kursus pengobatan herbal, di sana ada latihan cara mengembalikan ingatan orang yang amnesia. Salah satu caranya ialah dengan mencoba mengingatkannya kembali dengan masa lalunya. Dulu Tauke kurang percaya dengan trik ini, ia hanya percaya trik bahwa jika ada yang terbentur lalu amnesia maka kepalanya harus dibenturkan lagi agar ingatannya kembali.

Hal itu telah dicoba Tauke kepada anak buahnya dua tahun lalu. Walhasil anak buahnya malah makin parah, hampir saja jadi gila. Tauke pun mencoba dengan trik yang satunya lagi: dengan mengingatkannya pada masa lalu pasien dan ia berhasil. Anak buahnya yang amnesia itu telah sehat dan sekarang ia juga ikut bersama Tauke ke rumah sakit Asal Eswid dan sekarang sedang berdiri di samping Tauke.

Dokter Nadia pun tahu bahwa nama pasiennya yang botak itu bernama Firman. Tauke menyerahkan segala macam buah-buahan yang dibawanya ke Dokter Nadia untuk diberikan kepada Firman. Segala pengobatan semuanya ditanggung Tauke. Tadi ketika Tauke ingin mengambil kendali untuk mengembalikan ingatan Firman, Dokter Nadia melarang, karena ia tidak ingin Tauke salah trik.

Dokter Nadia sangat ahli dalam hal itu, maka dari itu ia melarang Tauke. pasiennya adalah tanggung jawabnya. Lagipula si Tauke orangnya tidak sabaran, bisa-bisa kepala Firman dibenturkan ke dinding. Tauke menyerah dengan rayuan Dokter Nadia. Sisiran rambut Tauke yang tadi berdiri jadi layu, disapu angin rayuan Dokter Nadia.

“Tidak Tauke, dia adalah tanggung jawabku. Pengunjung tidak diperkenankan melakukan apa-apa kecuali hanya menjenguk, maaf. Walau pun Tauke adalah bapak kandungnya, saya melarang akan itu. Mohon kiranya Tauke memahamiku duhai Tauke yang baik.” Kata Dokter Nadia.

“Baiklah, Dokter, kalua begitu kami pulang dulu. Saya titip dia pada Dokter untuk mengurusinya.”

“Baiklah, Tauke, dengan senang hati.”

Tauke pun kembali bersama dua anak buahnya. Uang pengobatan Firman telah ia bayarkan yang lalu maupun untuk sebulan kedepan. Puluhan juta telah habis untuk pengobatan Firman, tidak apa-apanya bagi Tauke. Ia telah menganggap Firman sebagai anak kandungnya sendiri, ia tidak punya anak laki-laki.

Gunawan tiba di depan rumah Firman. Mengetuk pintu.

“Firman ada, Pak?” Bapaknya Firman yang membukakan pintu.

“Loh, bukannya kalian sudah bertemu di kampung Firdaus, Nak?, dia belum kembali. Kenapa tidak kalian ajak dia pulang?”

“Ha? Dia belum balik juga, Pak? Kami tidak bertemu dengannya. Kirain udah balik dia. Ibu ada, Pak?”

“Ibunya Firman ke rumah Marwa.”

“Owh begitu. Ini, Pak jaketnya Firman. Kemarin itu minjam ke Ibuk. Nanti kalu Ibuk telah kembali salam ke Ibuk ya, Pak?”

“Ya silakan masuk dulu ke dalam, makan.”

“Terimakasih, Pak, kami harus buru-buru. Ibuk di rumah sudah telepon berkali-kali agar cepat balik. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikum salam.”  

Ibu Firman ke rumahnya Marwa kemarin sore. Mendapat kabar dari ibunya Marwa lewat telepon bahwa Marwa telah tiada sehingga ibunya Firman pun datang ke sana. Ibunya Marwa mewaspadai agar tidak diberitahu pada bapaknya Firman, karena bisa jadi besar masalahnya.

Walaupun hanya kabar menantu yang meninggal, tapi menantunya jugalah seperti anak kandungnya. Terlebih Marwa jugalah bersama Firman. Kalau Marwa meninggal lalu Firman kemana? Bukankah Firman juga meninggal? Tentunya pertanyaan itu akan menghantui siapa saja yang mendengar kabar burung itu. Berangkatlah ibunya Firman ke rumah Marwa ditemani air mata pilu. Pertanyaan selama ini telah terjawab, kenapa Firman lama sekali tak kembali? Musibah besar telah menimpa Marwa.

Teman-teman angkatan dan dosen-dosen kampus Awamaalia telah hadir di rumah duka, Marwa. Ratna dan Retno juga hadir. Terlihat serasi Ratna duduk manis di belakang Retno. Belum lama mereka menikah. Dulunya sering beradu mulut lewat chat, sekarang pasangan pengantin baru itu terlihat serasi dan romantis, tetapi mereka belum berbulan madu.

Teman-teman angkatan tertawa kagum dan gembira menyaksikan tingkah mereka yang terkadang seperti anak kecil bahkan di depan umum pun demikian.

“Papa sayang, mama nggak bisa bawa tasnya, berat sayangku.” Rayuan manja Ratna pada suaminya Retno.

“Kamu sih sayang, bawa tasnya seberat satu kilo. Bawa yang ringan saja kan ada sayangku.”

“Ya, nanti kita mampir di mall ya, Sayang? Aku mau beli yang ringan aja deh.”

“Ya sayangku, tapi pakai duitmu!”

“Eh, Papa sayang! duitmu kan duitku juga! Tapi duitku ya bukan duitmu, gimana sih jadi suami!?”

“Ya, ya Mama sayang.” Sahut Retno mengalah.

Setelah semuanya hadir, rektor kampus pun berdiri di tempat.

“Biklah, terima kasih atas kehadiran semuanya. Sebelum kita melanjutkan tahlilan kita, kita ingin mendengar langsung dari temannya Marwa yang mendapatkan berita duka ini. Agar kita semua tahu ceritanya, apa penyebabnya Marwa meninggal, di mana kah ia sekarang dan di mana Marwa dimakamkan? Kepada anak kami Ratna agar maju mengambil tempat, saya persilakan.” Ratna pun mengambil tempat dan memulai menjelaskan.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…”

“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.” sahut hadirin serentak, suara itu memenuhi rumah ruang tamu dan halaman rumah Marwa.

“Kemarin saya dapat inbox dari nomor yang tidak dikenal, lewat inbox WhatsApp. Dia mengabarkan kepada saya bahwa teman kami Marwa telah tiada. Segera saya mengirimkan inbox itu ke group kami. Inilah sebabnya teman-teman hadir di sini. Terima kasih atas kehadirannya. Semoga amal kebaikan sahabat kami Marwa diterima di sisi-Nya.”

“Ha? Lewat inbox? Whatsapp pula? Bahaya!” sahut salah seorang temannya yang sangat mengerti sekali dengan tingkah Ratna, ia sangka Ratna telah berubah ternyata masih saja seperti dulu. Temannya yang dulu merepetinya, sekarang ia juga hadir di rumahnya Marwa. Kemudian ia pun berdiri dengan memasang muka merah padam, tanpa dipersilakan rektor kampus.

Lihat selengkapnya