Setelah mendapat telepon dari Ratna, Siksa yang masih terbaring di kasurnya dan masih ngantuk berat segera saja bangun dan terduduk dengan menggenggam erat handphone miliknya seberat seperempat kilo itu ia tempelkan di telinganya sebelah kanan.
Walau sudah dua kali ia dibodohi kabar burung dari Ratna, namun kali ini ia benar-benar yakin bahwa Marwa telah ditemukan. Jam lima subuh tadi Siska telah bangun, sudah shalat subuh dan juga baca al-Quran lalu kembali tidur karena ia lembur membaca novel, menyiapkan materi untuk lusa dan mengajar anak-anak didiknya karena menggantikan pelajaran yang minggu kemarin ia tidak penuh mengajar karena harus izin sebab ulah Ratna, menghadiri atas wafatnya Marwa beberapa hari lalu, namun masih kabar burung.
Siska adalah seorang guru yang bertanggung jawab, tidak pernah ia absen kecuali alasan tertentu dan mendadak. Ia selalu menyiapkan persiapan mengajar sebelum mengajar pada esok harinya. Siska membuat semacam catatan yang berisi poin-poin apa saja yang akan ia ajarkan esok hari.
Agar ketika ia mengajar muridnya puas atas pelajaran yang ia ajarkan dan agar ia sendiri lebih terarah saat menyampaikan pelajaran. Ia tidak mau muridnya bosan padanya pelajaran yang ia ajarkan, maka dari itu ia harus menemukan caranya. Ratna tidak pernah izin mendadak, namun apa boleh buat ia harus izin juga tempo hari. Baru kali itu Ratna izin.
Sebenarnya ia sangat kesal sekali pada Ratna karena andai saja bukan gara-gara Ratna maka ialah pemecah rekor pertama sebagai pengajar yang tidak pernah izin ketika masa mengajar. Seharusnya Siska sudah mendapatkan piala sebagai apresiasi atas tanggung jawabnya pada anak didiknya, namun Ratna telah membuatnya izin satu kali.
“Ratna, kalau kau bukan temanku, sudah lama kau kulaporkan ke pihak yang berwajib atas sikapmu yang tidak senang melihat kebahagiaan orang lain itu!” kata Siska setelah ia menyadari baru kali pertama ia izin mendadak selama hampir sudah setahun aktif mengajar. Siska menganggap Ratna pastilah telah merencanakan agar ia izin mendadak pikirnya.
Tidak ada niat Siska cari perhatian dari guru-guru yang lain, ini adalah murni rasa tanggung jawabnya atas anak didiknya. Siska mengajar kelas tiga aliah pelajaran bahasa Arab. Karena dulu ia tidak sempat penuh mengajar, akhirnya ia gantikan pada malam minggu. Siska mengundang anak muridnya untuk datang ke rumahnya.
“Kalian pilih malam minngu atau minggu pagi?” tanya Siska pada muridnya sepuluh menit sebelum pulang saat ia mengajar di dalam kelas Sabtu kemarin.
“Malam minggu saja, Ibunda Guru.” jawab murid perempuannya kompak.
“Kenapa kalian milih malam minggu sayang?”
“Karena malam minggu kami tidak ada kegiatan Ibunda Guru.” sahut anak perempuan kompak.