Kamukah Jodohku?

Daud Farma
Chapter #9

Detektif Najwa

Pagi ini adalah hari minggu. Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Mentari sudah terbit, ayam sudah lama berhenti berkokok, para petani sudah pergi ke sawah menggendong pacul.

Ibu-ibu petani sedang berjalan di atas aspal dengan membawa ember di atas kepala yang isinya bekal makan siang, para pekerja kantor hari ini semua berlibur dan mereka sedang menuju pantai.

Burung-burung juga sudah pergi mencari makan, anak ayam dan anak bebek yang tadi nangis-nangis karena kelaparan sekarang sudah kenyang karena telah diberi makan oleh pemiliknya. Namun ada yang masih nyenyak tidur, ia adalah baru saja menikah beberapa minggu yang lalu. 

Tadi subuh ia sudah mandi dan sudah shalat jama’ah bersama istrinya dan ia lanjut tidur sementara istrinya menyiapkan sarapan. Sekarang sarapan sudah selesai. Satu jam lamanya sang istri menyiapkan sarapan itu. Saatnya sang istri membangunkan pangeran tercinta, belahan jiwa, sehidup sebahagia seperti sang putri dan sang pangeran raja.

“Sayang… Bangun sayangku. Yuk sarapan. Sudah mateng.” Ratna membangunkan suaminya Retno sembari mencium manja di hidung Retno. Tadi setelah subuh Retno memang berpesan agar membangunkannya kalau masakannya sudah selesai.

Retno pun bangun dan mencuci muka. Ratna menunggu di meja makan. Tak lama menunggu, Retno keluar dari dalam kamar mandi.

“Silakan baca doa makan kita sayangku.” Ratna mempersilakan pangerannya.

“Sayang, aku hanya cuci muka, belum wuduk. Kamu saja yang membacakan doa makan kita sayangku.”

“Ih, sayang apaan sih. Kalau baca doa makan tidak mesti wuduk keuleusss!”

“Hehehe, becanda, sayangku.”

“Nggak lucu! Buruan ah. Aku udah lapar sayang.”

Retno pun membaca doa makan dan sarapan pagi keluarga romantis pun berjalan seperti biasa. Retno menikmati masakan istrinya yang sangat lezat itu. Ada yang belum kalian ketahui dari Ratna. Jangan hanya ketika mendengar nama Ratna, langsung terbayang dengan sifatnya yang ngasal bawa berita burung itu.

Percaya atau tidak, bahwa Ratna adalah guru masak dari teman-teman perempuan angkatannya. Setiap kali Awaamalia mengadakan lomba masak sekampus Awamaalia, setiap kali pula Ratna pemenangnya. Meera dan kawan-kawan lainnya belajar kepada Ratna. Hanya Marwa yang tidak, karena ibunya Marwa jugalah jago memasak masakan enak.

Sempat Ratna dijuluki sebagai, “Resep segala lidah” artinya bahwa masakan Ratna sangat sesuai di lidah siapa pun. Sedang nikmatnya mereka sarapan, bel itu dibunyikan tamunya. Retno sangat heran dengan tamu yang datang sepagi ini. Tidak pernahnya ada tamu sepagi buta begini. Retno heran bukan buatan.

“Biar aku saja yang membukakan pintunya sayangku, kamu duduk saja. Jangan-jangan ada orang jahat yang datang.” Retno melarang istrinya untuk membuka pintu. Lalu ia pun bangkit dari duduknya dan membukakan pintu untuk tamunya di pagi buta.

Lihat selengkapnya