Kamukah Jodohku?

Daud Farma
Chapter #13

Tidak Perawan Lagi

Setelah pulang dari desa Lima Menit. Najwa Detektif melarang Retno memarkirkan mobilnya.

“Kita harus ketemu dengan sepupu Ratna sekarang juga. Sepuluh menit yang lalu Rektor Awamaalia mengirim pesan ke aku lewat whatsapp. Ayah Marwa jatuh sakit karena anaknya hilang, ibu Marwa sering termenung karena Firman dan Marwa belum diketahui wujudnya di mana. Kuharap kalian mengerti juga dengan keadaan mereka. Maka dari itu kita tidak boleh berhenti sebelum Marwa ditemukan. Aku menambahi target waktu yang tadi aku janjikan menjadi satu hari. Karena empat jam sudah berakhir. Sekarang jam dua belas malam dan kembali ke jam dua belas malam lagi maka Marwa akan kita temukan.”

“Aduh, Najwa, aku belum tidur loh. Kalian kan sudah tidur semua.” Retno mengeluh kelelahan karena menyetir.

“Sekarang suruh Ratna yang nyetir. Ratna kau jangan manja. Kita harus ketemu dengan sepupumu itu.” sahut Najwa Detektif dengan tegas. Ratna sudah tak tenang dengan ancaman Najwa. Ratna hanya diam dan menurut. Tidak mau membantah lagi, ia takut Najwa semakin curiga kepadanya. Di tengah jalan Ratna sempat mengirim pesan pada sepupunya lewat WhatsApp.

“Jangan libatkan aku di depan suamiku, aku khawatir ia menjauh dariku.”

Tak lama Ratna pun memutar stir ke kanan, mobil itu masuk ke dalam halaman sebuah rumah lalu diparkirkan. 

“Siapa namanya Ratna?” tanya Najwa Detektif.

“Syilla, namanya.” Kemudian mereka pun turun dan mengetuk pintu, hanya Retno yang tidak turun. Ia sudah tidur nyenyak di kursi belakang. Tak lama pintu itu dibukakan oleh Tantenya Ratna. Melihat Ratna yang datang, sang Tante segera mempersilakan Ratna untuk masuk ke dalam.

“Syilla sudah tidur, Tante?”

“Belum, baru saja ia masuk kamar. Habis nonton tv. Silakan duduk dulu, saya buatkan teh hangat, ya.”

“Makasih, Tante.” sahut mereka serentak. Najwa Detektif dan Siska duduk sedangkan Ratna masuk ke kamarnya Syilla untuk membangunkannya. 

“Ini adalah perintah mendadak Syilla.” Ratna menjelaskan. Tak lama ibu Syilla keluar dari dapur dan menghidangkan tiga cagkir teh hangat. Mereka pun menyeruput teh hangat dengan segera karena mengejar waktu yang telah ditetapkan oleh Najwa Detektif. Syilla pura-pura tidak tahu, ia menunjukkan ekspresi yang santai. Adem-adem wae.

“Maaf, Tante. Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Kami kemari mau minjam Syilla sebentar, ada kepentingan mendesak yang harus kami kejar. Kalau Tante mengizinkan kami akan membawa Syilla, hanya sebentar saja.” Najwa Detektif meminta izin pada ibunya Syilla.

“Loh, kok malam-malam begini? Ada perlu apa?”

“Jangan heran dan panik begitu, Tante. Ini hanyalah masalah sepele. Teman kami Marwa merindukan Syilla dan ingin berjumpa dengannya. Tidak lebih, Tante.”

“Owh begitu. Ya tak mengapa, silakan. Tapi ingat, Syilla, besok sore sudah balik.”

“Ya Mamaku.” sahut Syilla.

“Kalau begitu kami pamit dulu, Tante. Terima kasih atas teh hangatnya.”

“Ya, hati-hati di jalan ya anak-anak, Tante.”

“Ya, Tante. Assalamualaikum.” 

“Waalaikum salam.”

Retno masih tertidur di bangku paling belakang. Syilla duduk di samping kiri Ratna. Najwa Detektif dan Siska duduk di bangku tengah.

“Syilla, sebelum kita berangkat. Kau harus jawab pertanyaanku dan jangan berbelit-belit. Kalau kau tidak jujur, maka besok kau tidur di penjara!” ancam Najwa Detektif. Syilla selaku perempuan, ia pun ciut dan bergetar atas ancaman Najwa Detektif, apalagi mendengar kata penjara. Bisa-bisa ibunya gila kalau sampai ia masuk penjara.

“Sebutkan Syilla, ke mana alamat yang bisa kita tuju untuk menemukan Marwa?” Najwa Detektif sudah tak sabar menunggu jawaban dari Syilla.

“Kekucakeme!” sahut Syilla to the point.

“Kau tahu jalan ke sana Ratna?” tanya Najwa Detektif pada Ratna.

“Ya aku tahulah. Aku kan bulan madunya di sana sama kekasihku Retno.” 

“Jangan turun dari kecepatan seratus dua puluh, Ratna!” kata Siska.

“Aku hanya berani sampai seratus saja.”

“Kalau begitu sini aku saja yang bawa!” Siska menawarkan diri. Ratna dan Siska pun turun dan tukaran tempat duduk. Kini Siska membawa mobil merah Retno itu dengan kecepatan tinggi.

Di persimpangan dua itu Siska tidak tahu mau belok kanan atau ke kiri. Siska memperlambat dengan kecepatan tiga puluh.

“Kenapa Siska?” tanya Najwa Detektif.

“Aku tidak tahu belok mana ini?”

“Syilla, kita belok mana?”

“Aku juga tidak tahu.”

“Ratna kita belok mana? Katamu kau pernah ke sana?”

“Maaf, aku lupa Najwa.”

“Humm, mulai bertingkah kau Ratna. Apa perlu kutunjukkan video betapa sengsaranya orang-orang yang masuk penjara padamu Ratna?” ancam Najwa Detektif.

“Yaya, belok kanan.”

Siska segera memutar stir ke kanan dan tancap gas.

***

Lihat selengkapnya