Kamukah Jodohku?

Daud Farma
Chapter #20

Mahar

Najwa Detektif sudah berminggu-minggu tidak mandi, tidak pernah ganti baju, tidak pernah menyisir rambut, ia hanya membolehkan pembantu rumahnya untuk masuk ke dalam, ibu dan ayahnya sendiri tidak ia beri masuk.

Pembantunya lah yang mengantarkan nasi untuknya pada tiap waktu makan, tapi terkadang dia tidak mau makan. Najwa Detektif malah ingin makan buah-buahan sehingga badannya pun semakin kurus, tulang pipinya kelihatan, matanya terlihat semakin dalam.

Setiap kali pembantunya keluar dari kamarnya, ibunya selalu menanyakan tentangnya. Ibunya hanya bisa menangis tersedu-sedu. Tidak pernahnya Najwa Detektif seperti itu. Seakan di dunia ini hanya Ghazi seorang lelaki yang akan mencintainya dan menyayanginya.

Najwa Detektif tidak pernah berpikiran untuk mencintai orang lain. Ghazi adalah cinta pertamanya. Yang pertama kali mengetuk pintu hatinya. Benar kata para pujangga bahwa cinta pertama amat susah lenyapnya. Dulu amat sulit sekali Ghazi mendapatkan Najwa Detektif. Jangankan mendapatkan cinta Najwa Detektif, mendapatkan senyumnya saja pun sulit sekali bagi Ghazi. Kini ketika cinta itu ditanggapi dan direspon oleh Najwa Detektif, Ghazi pun tidak pernah tampak lagi batang hidungnya.

Najwa Detektif melamun sepanjang hari di pojok kamar menanggung sejuta rasa sakit kehilangan sang kekasih. Nun jauh di sana, Ghazi sibuk mengumpulkan mahar untuk menikahi Najwa Detektif nantinya. Sejak diajak menikah oleh Najwa Detektif, yang ada di pikiran Ghazi hanyalah mahar dan mahar. Bahkan ia lupa untuk siapa mahar itu akan ia persembahkan. Yang pasti ialah ia harus mengumpulkan duit untuk mahar. Ghazi sendiri lupa pada nama Najwa Detektif yang sekarang sedang menunggu kehadirannya. 

Salah satu hal yang menyebalkan adalah: orang yang ditunggu tidak merasa ditunggu! Dan yang sedikit aneh jugalah yang menunggu terus menunggu padahal sudah tahu bahwa orang yang ditunggu tidak tepat waktu! Inilah penyakit cinta yang turun-temurun.

Melihat keadaan Najwa Detektif semakin parah, sang ibu semakin gelisah tak menentu. Pikirannya membuana ke mana-mana. Hingga ia pun berpikiran agar menyuruh Ghazi segera menikahi anaknya walaupun hanya dengan mahar seadanya. Ibunya Najwa Detektif tidak mengaharapkan apa pun dari Ghazi. Cukup penuhi syarat seperti syarat pada umumnya pernikahan saja, usah pikirkan mahar yang mahal. Ibu Najwa Detektif lebih memikirkan kesehatan anaknya ketimbang mahar.

“Bilang ke Ghazi, pulang dan menikahlah dengan mahar seadanya.” Begitu kata terakhir dari Ibu Najwa Detektif kepada teman-teman Najwa Detektif. Mereka pun segera mendatangi rumah Ghazi dan bertemu ibunya Ghazi untuk menyampaikan perintah dari ibu Najwa Detektif.

“Ghazi tidak pernah memberi tahu di mana ia berada. Tapi dia sering menelepon saya.” terang ibunya Ghazi.

“Kalau nanti Ghazi menelepon, Ibu lagi. Tolong sampaikan kepdanya yang tadi ya, Buk?”

Lihat selengkapnya