Siska, sudah kebal telinganya mendengar pertanyaan dari orang yang mengenalnya. Pertanyaan kapan ia akan menikah sudah ibarat pertanyaan ujian nasional atau ujian masuk perguruan tinggi.
Pertanyaan yang cukup menantang. Untuk menjawabnya haruslah butuh persiapan yang matang. Tapi kadang ia menganggap pertanyaan itu seperti angin lalu saja yang tidak harus ditanggapi, namun ia sendiri merasa terganggu jika terusan ditanyai kapan menikah dan kapan menikah.
Ingin ia membuat sebuah baleho dan di dalam baleho itu hurufnya besar-besar dengan tulisan: Siska akan segera menikah! Tapi ia sendiri tidak tahu kapan pastinya ia akan menikah. Ibunya sudah tak sabar ingin menimang cucu Teman-temannya, Marwa, Ratna dan Meera, tiap kali bertemu selalu menanyakan: kapan Kau punya suami? Bahkan Pak Rektor pun sempat menanyakan hal itu.
Sungguh Pak Rektor sangat memperhatikan urusan jodoh alumnusnya. Saban sore Siska hanya bisa melamun di dalam kamar sambil baca buku. Terkadang ia baca buku di dalam lamunannya. Adakalanya ia melamun tapi matanya mengarah ke buku, mulutnya komat-komit sementara ia tak bergerak sedikit pun. Tiba-tiba Siska punya ide.
Entah dari mana ia mendapatkan ide itu, tiba-tiba lewat saja di benaknya dan ia segera melaksanakannya agar tidak lupa. Pertama kali yang ia lakukan adalah pergi ke toko buku dan membeli buku tentang pernikahan. Mulailah ia membaca buku pernikahan di depan siapa saja, asalkan ia adalah lelaki yang ganteng dan sesuai dengan kecantikan dirinya, sekufu, maka ia membaca buku di depan lelaki itu.
Kali ini Siska baca buku hanya agar lelaki peka padanya bahwa ia ingin segera menikah dan agar yang lain datang ke rumahnya menemui kedua orang tuanya walaupun ia sedang melakukan cara yang aneh, berbeda dan mungkin sedikit gila.
Di sampul buku itu tertulis kata menikah. Siska membaca buku di depan Retno dan Ratna. Ratna menganjurkan jangan baca buku itu di depan suaminya, ia tidak mau suaminya menikah dua kali apalagi dengan Siska. Padahal niat Siska tidak mentah-mentah merebut Retno dari Ratna melainkan siapa tahu ada teman lelaki Retno yang cocok untuknya. Karena sering dimarahi Ratna, Siska pun mulai sering bertandang ke rumah Marwa dan membaca buku di depan Firman dan Marwa.
Melihat judul yang di sampul ada kata menikah, Marwa juga melarang Siska membaca buku di depannya dan di depan suaminya. Marwa tidak ingin Firman menikahi Siska, karena Marwa tahu bahwa itu adalah kode keras Siska mengajak menikah. Padahal alasannya adalah sama, siapa tahu ada teman Firman yang cocok untuknya. Tapi belum sempat Firman bicara, Siska telah pergi karena Marwa tidak mengizinkan Siska membaca lebih lama.